9/14/2009

dia...

Aku terdiam lagi. Pertanyaan itu sudah seringkali aku dengar. Dan nyatanya, lagi-lagi aku hanya terdiam dan lalu menjwab “perasaan ini bukan apa-apa. Aku sebatas mengaguminya, titik!!!”. Klise. Perasaanku memang tak bisa terpungkiri bahwa aku sudah sejak lama merasakan cinta ini mengambang. Sebagai lelaki, aku tak seharusnya begini. Tapi nyatanya, hatiku tak mau munafik. Aku takut kehilangan dia. Klasik. Jangan sekali-sekali merasa memiliki jika tak ingin kehilangan…
“sudahlah… sampai kapan loe ngebohongin hati loe sendiri… gue yakin, loe cinta kan sama dia? Jangan nyiksa diri gitu, Bro…”
Aku hanya terdiam ketika lagi-lagi temanku sendiri mengguncang keyakinanku.
“gue udah cukup bahagia dengan begini…” begitulah kata hatiku. Mungkin aku terlalu cemen untuk meminta lebih pada dia. Karena sejujurnya dengan begini aku masih bisa bahagia mengaguminya.
“sampai kapan mas mau mendem perasaan itu terus? Ntar keburu kesambet orang mas. Cewek juga punya batas loh dalam penantiannya… mas boleh aja merasa sudah cukup dengan begini. Tapi apa mas yakin dia nggak nungguin pernyataan dari mas? Kasian mas, cewek dibiarin nunggu. Gentle dong…” begitu nasihat dari pipit, adek sepupuku. Dia satu-satunya orang yang mendengar secara langsung pernyataanku bahwa selama ini memang benar, aku mencintai wanita itu.
$$$
Hujan tiba-tiba muncul dibulan Juni. Tak seharusnya memang. Tapi entahlah, mungkin siklus air sudah harus berputar.
Aku masih dikampus saat itu. Seperti biasa, hanya sekedar mencari aktifitas. Browsing beberapa tugas kuliah yang mulai menumpuk.
Dia lalu datang dari arah tangga. Sedikit berlari. Mengenakan rok panjang dan kemeja panjang warna putih. Anggun. Aku bahkan sudah merasa bangga walau seandainya aku tak pernah mengenalnya. Aku cukup bangga hanya dengan pernah melihat dia. Dia cantik, anggun, pintar dan tegas. Aku sedikit melirik kesibukannya. Dia sempat berhenti dan memandangku sejenak. Aku tak melihat, tapi aku merasakannya. Hatiku berdebar saat itu. Mengharap dia duluan menypaku. Entah, mungkin dia sedang sibuk juga dengan tugasnya. Atau mungkin, dengan organisasinya.
Hujan sudah sedikit mereda ketika aku melipat laptopku. Aku harus segera pulang. Jam 16.00 atau sekitar 20 menit lagi, aku harus kembali kesini. Rapat dengan teman-teman redaksi majalah kampus. Tentang tema dan isi majalah edisi bulan ini. Yang membuatku bersemangat adalah karena dia juga termasuk salah satu tim redaksi. Aku yakin dia datang…
Aku baru mulai menyetater motorku ketika dia memandangiku dari balik jendela kaca di ruang kuliah B4. Aku sengaa tidak balik melihatnya. Biarlah dia menikmati aku.
$$$
Dia masih mengenakan apa yang kulihat tadi ketika hujan mulai datang. Masih anggun. Walau hari sudah sore dan aku yakin dia belum sempat mandi, bahkan pulang kerumahnya. Karena sedari tadi motornya tak berpindah dari tempatnya. Mungkin hanya sedikit touch up bedak tipis. Tapi itu sama sekali tidak mengurangi keanggunannya. Aku mencintai keanggunannya…
Sayang sekali dia mohon pamit ditengah berlangsungnya rapat. Ibunya sudah mulai mendesaknya untuk segera pulang. Satu lagi nilai plus. Dia mencintai ibunya…
“semoga dia jodohku…” sadar aku mengharap demikian. Bagaimana tidak, dia sempurna.
$$$
Rapat ditutup hanya beberapa saat setelah dia pamit. Aku langung kembali kekosku dengan bahagia. Bahkan, aku tak peduli sama sekali ketika dijalan kulihat kerumunan orang.
“kecelakaan kecil…” batinku sembari berlalu.
Aku pingsan lagi… dan untungnya, tidak didepannya. Aku tak mau terlihat lemah didepannya. Aku ingin sempurna dihadapannya.
“ya tuhan… sampai kapan???” aku bertanya dalam hatiku.
Tak bisa munafik, dihadapannya memberiku tenaga yang lebih. Aku tak mau terlihat sakit didepannya. Aku mau kesimpulannya tentangku tak berubah. Aku wanita anggun dan dewasa. Yah, walau aku tak mendengar langsung dari dia, tapi toh aku yakin, pipit, sepupunya itu sama sekali tak mungkin membohongiku.
Aku tersenyum sendiri setiap membayangkan matanya. Tajam dan dalam… dia terlihat sempurna bahkan ketika aku tak sengaja melihatnya baru bangun tidur kala itu.
Dia dewasa, pintar dan sempurna…
Mungkin benar apa katanya. Lebih baik begini… biar dia tak menyesal ketika suatu saat meihat aku sedang terbaring dengan nafas tersengal. Atau bahkan ketika aku tak bisa lagi menghirup nafasku. Setidaknya aku sudah tau kalau dia mencintaiku. Walau hanya dari kesimpulanku sendiri. Aku bahagia…
$$$
Aku sudah merasa lebih baik dan harus kembali ke kampus. Tidak, hari ini kuliahku kosong. Tapi yang kutahu, jadwalnya penuh hari ini. Rasanya janggal jika sehari saja tidak melihat matanya. Aku membuat janji untuk mencari materi tugas diperpus kampus. Jam 08.45. tepat ketika dia menunggu jadwal selanjutnya. Pasti dia mengembalikan buku disini. Bisa dipastikan…
Aku pura-pura sibuk ketika kulihat dia sudah diujung pintu perpustakaan. Dan aku menengok ke pintu tepat ketika dia masuk. Aku tersenyum sapa padanya. Tak terbalas. Tapi aku sama sekali tak kecewa. Sudah biasa. Toh matanya tetap bersahabat dan seolah menyapaku dengan lebih ramah dari senyumku. Aku melihatnya lagi hari ini…
Deg…
Ingin copot rasanya jantung ini… dia lagi-lagi tersenyum setiap kali bertemu pandang denganku. Tak adil rasanya untuknya. Sebab, mungkin dia tak pernah sama sekali melihat senyumku yang khusus untuknya. Bukan apa-apa, sebab aku sudah mati gaya ketika melihat senyumnya yang ramah. Semakin memberikan kesan anggun. Semakin membuat hatiku sepenuhnya untuk dia. Semakin mengencangkan doaku untuk minta dijodohkan dengannya. Ahh… indah hari ini…
Nyaris saja dia mengetahui kelemahanku hari ini. Aku pingsan lagi di perpustakaan beberapa saat setelah dia keluar sambari menenteng buku yang baru dipinjamnya. Aku masih beruntung…
Entah apa bedanya pingsanku kali ini dengan pingsan-pingsanku sebelumnya. Aku dibawa ke ICU. Separah itukah???
Aku memang sudah sadar. Tapi hidung bahkan sampai mulutku tertutup selang oksigen. Tanganku berat untuk digerakkan. Bahkan mataku tak kuasa kubuka. Walau aku tersadar. Aku bisa mendengar tangisan mama. Aku bisa merasakan belaian adek di tangan kananku. Bahkan kata-kata papa yang berusaha menenangkan mama pun, aku bisa dengan jelas menirukannya, seandainya Tuhan memberikan kuasa untuk menggerakkan lidahku. Aku tak tahu, kenapa aku. Tapi aku adalah wanita anggun. Aku tak boleh terlihat lemah…
Dia masuk rumah sakit. Kemarin dia pingsan di perpustakaan. Dan ini bukan kejadian pertama dia pingsan. Huh… pemuja rahasia macam apa aku. Sampai sama sekali tak mengerti bahwa dia sering pingsan.
Aku bersama teman-teman tim redaksi majalah kampus menuju rumah sakit seusai kuliah. Jam 14.00.
Aku tertinggal rombongan gara-gara ban motorku bocor ditengah jalan tadi. Dan naasnya, aku datang tepat saat jam berkunjung habis. Jadilah aku hanya bisa menengok dari balik jedela kaca pintu kamarnya.
Aku tak percaya…
Aku tak yakin…
Itu dia si wanita anggun yang selama ini kupuja karena kesempurnaanya dimataku.
Tubuhnya terbaring lemah, kepalanya tertutup, ahh seperti itulah. Hidung sampai mulutnya penuh selang oksigen, tangan kirinya tersambung dengan infuse, bahkan detak jantungnya direkam. Orang-orang disekelilingnya terlihat menahan haru. Aku tak percaya… dia bukan dia…
Dia…
Tapi aura keanggunannya memang masih terjaga. Tak terasa air mataku melewati pipi dan daguku. Jatuh di lantai. Ya, aku menangis. Tiba-tiba saja aku takut akan kehilangnnya. Aku takut besok dan seterusnya dia tidak ada dihidupku. Aku takut masa depanku tanpa dia. Aku takut… aku terjatuh… tepat didepan kamar rawatnya…
Itu dia…
Aku merasakan dia hadir. Ganteng, sempurna… tetap saja, hanya matanya yang menyapaku. Bibirnya tidak… tak apa, yang penting aku merasakan dia hadir hari ini…
Dimana suaranya??? Hanya suara isakkan mama yang sudah mulai serak. Dan suara bijak papa menenangkan. Dan juga suara nafas adek di sebelah kiriku. Dimana dia? Aku ingin dia…
Seseorang memegang pundakku…
Ini bukan halusinasi…
Ini terasa amat nyata…
Sesosok berjubah putih, berjambang dan bersinar tubuhnya…
“apa yang kau inginkan dari dia???”
“hanya senyumnya… yang tulus khusus untukku…” tiba-tiba saja aku bisa lancar berkata. Tapi entahlah… apakah mama mendengar??? Isaknya tak berubah…
Lelaki itu lalu lenyap. Bahkan aku yang tak lepas memandangnyapun tak dapat menyimpulkan kemana dia pergi…
“silahkan masuk nak… temannya???” itu suara papa. Siapa yang disilakan papa? Aku ingin membuka mata. Tapi berat… aku atk mampu…
Aku terus berusaha untuk bisa menyaksikan siapa yang disilakan papa itu. Aku yakin… aku yakin dia adalah dia, aku bahkan hafal dengan bau keringatnya. Tapi aku sama sekali tak kuasa membuka mata.
Hembusan nafasnya mendekat. Aku merasakan itu…
Aku berusaha membuka mata… terus berusaha… untuk bertemu dengan wajahnya…
Berat… kepalaku menjadi pusing… aku seperti kehabisan tenaga… tapi itu tak boleh terjadi… aku wanita anggun… aku harus kuat. Harus bisa memastikan bahwa dia adalah dia.
Aku berhasil membuka mata ketika dengan jelas aku melihat mulutnya bergetar namun tersenyum kepadaku… senyum istimewa untukku, tulus. Dan matanya berderai air mata…
Ya Tuhan… biarkan aku tetap mencintainya…
Walau masa depanku sudah tak mungkin lagi bersamanya…
Tenangkan dia disisiMU, jaga keanggunannya disisMU… aku percaya dia lebih bahagia didekatMU…

6/16/2009

andai rasa dapat memaklumi, aku telah cukup bahagia begini. . .

berPikir…

Hari ini aku ada…
Engkau disisiku
Aku bahagia…
Indah…

Andai rasa dapat memaklumi,
Aku telah cukup bahagia begini

Hatiku tiba-tiba memikirkan tentang besok…
Gundah,
Aku gusar…
Rasanya akan ada yang berbeda kalau tiba-tiba kau tak lagi digenggamku

Memikirkan lusa…
Aku menyesal tak menjagaimu hari ini…

Aku merenung…
Hatiku memikirkan nanti,
Memikirkan masa depan
Nyatanya,
Aku tak mau kalau saat itu engkau tak lagi bersamaku…

6/13/2009

ini hanya imajinasi saya tentang si SRI. . .

siang itU yg sejuk sejuk mendung...
Aku berSama si sRi sdg tidur dan istirahat berSama. Aku di ranjang ,sRi di garasi .
tiba-tiba...
wiuw wiuw wiuw crossing .a virus has been detected.(ringtone hapeku berbunyi)
SRi,kalo mau pke kemdignya .Di ambl aja dkosn cY
dr mbk uChi tnyta(liat fb:Dchie sayang)
aku sgera mluncur k kosn dia dg telanjang(yaa enggak lha...) bersama sRi .Sesampainya dsana,aku bersms
mbk,si sRi dah d dpan kosn. .Tpi gmw masuk. TkuT dmarahin ktnya...
Dan tak lama setelah delivered
"SRI... SRI..." seseorg mManggil nama sRi. Akankah dia benar mMangGil mtor ijoku?
Si SRI udh k GR an mesam mesem kaya biduan dangduT dapet saweran.
Dan ternyata...
Benar ,itu suara mbk ucHi dari bAlik pintu sambil nyodor2in kemdiG.Dia malu takuT ketauan botaknya .Jdilah dia ngGak menampakKan muka.
Ok sampai dstU crta yg sbnernya slse.KemdiG udh bpindah tgan dan aku tanCap k kmpus .
Tapi dlm pjalanan k kmpus itULah imaji liarku muncul...
Kalo tiBa tibA ,,,
seandainya ,,,
jika dan hnya jika ,,,
untuk semua ,,,
akan dibuktikan ,,,
bnyk ptanyaAn muncul .Dan yg paling serius adlah ptnyaAn:
bgaimana jKa seandainya ada org lewat yg mendEngar teriakan mbk UcHy memangGil SRi dan yg muncul adl sosok PRIA sPti aku .Apa yya yg ada dibnak mreka???
Mungkin org yg (sbuT saja) bernama ucup itU akan berPositiv tHinking
"ohh... Mungkin namanya emg sRi .Why nOt? Toh guru SMP ku dlu ada yg namanya SRi. Pdhal dia cwo. Walo dipangGilnya pak eko. Yg pnting namanya ada sRi nya..."
tapi kLo org yg mendgar itw punya tgkat keingin tahuan yg tingGi, mungkin saja dia akan memangGil "SRI" kearahku unt mMbuktikan bhwa kupingnya blum setress .Lalu kmudian stlah mendapati aku menengok dan dada dada mirip sinetroN india, maka beliau akn btanya mMastikan pda mbk uChy. Bgni kira" pCkpanya:
org itu(OI):mbk...SRi ???
(smbil menunjuk k arahku)
mbk uChy(MU): manggUt"
OI: aneh...Cowo kok namanya sRi...
(sambil garukgaruk idung.Baca:ngupil)
MU: sapa bilg si SRI cwo?
OI: (melongo, mangap, takjub...)
MU: (keDipkeDip genit)
OI: ohh... Jadi cewe' ...
MU: sapa bilang???
(masih kedipkedip)
OI: (mangap tambah lebar,smbil ngecess)
MU: (masih kedipkedi)
OI: terus???
MU: gak punya kelamin dia. .Chy aja kadg mangGilnya Pakijo...
OI: HAH ???
(bulu matanya lepas, gigi palsunya ilang, wignya copot, tanganya jatuh, kuping,idung semua musnah. Terungkap sudh bhwa OI sbnarnya dEodoran, bukn manusia...)
MU: (keDapkeDip smbil cengengascengenges lalu mNuTup pintU dan tidur...)

maka,suatU saAt ktika aku bkunjung k kosan mbk Uchy, OI akan mgamatiku dg tatapan aneh ...
Dan semua org akan tau bAhwa si SRI itU tnyata tdk berkelamin...
DAN PARAHNYA, ORANG-ORANG ITU MENGANGGAP BAHWA AKULAH SI SRI ITU. . .

kesimpulannya,,,
ingat, ini hnya cerita imajinasi saja. . .Dont belive it, atau FELIX akn nyletUk
"o... GILA..."
lalu, siapakah FELIX itw??? TUnggu cerita berikuTnya. . .

Sumpah… Gue bukan …

Sore nan syahdu dan mendayu-dayu itu membelaiku. Sampai gue terlena dan terbuai dalam lamunan. Dengan maksud menyenangkan diri, maka isenglah gue mencoba memencet nomor di tuts HPku dan memanggil. Hasilnya…
Tuut…
Telepon masuk ke nomer beruntung itu. Gue senyum-senyum bagai buah simalakama sambil menunggu respon dari sana.
Semenit, tak ada respon.
Lima menit, tetep nihil.
Sejam, gue manyun-manyun.
Dua jam, gue kebelet boker.
Lima jam, gue lupa…

Dan disaat lupa itulah tiba-tiba HP gue berdering tanda ada panggilan masuk.
Pas diangkat…
“asyem ikk… ngerjain. Nomer tak dikenal pula…” gue ngedumel.
Dan aww aww aww…
Nomer yang memanggil gue barusan itu… ya, nomer beruntung itu. Gue mesam-mesem kaya kuda lagi musim kawin. Membayangkan yang punya nomer itu adalah gadis cantik bermata sipit dan dihidungnya ada tahi cicaknya. Dicolek, oh manisnya…
Yang bisa gue lakukan saat ini adalah, menunggu sambil berharap-harap cemas akan ada sms yang masuk dari nomer beruntung itu.
Semenit gue menanti, masih cengar-cengir kaya monyet.
Lima menit, masih sedikit ceria.
Sepuluh menit, gue melongo kaya orang kesurupan.
Sejam, iler gue udah seember.
Dua jam, kondisi gue memprihatinkan.
Tiga jam, gue sadar.
Dan disaat sadar itulah. Gue bertekat bulat untuk duluan mengsms dia dengan gaya bicara yang penuh kesopanan. Tepat jam 22:03 gue mengirimkan sebuah sms yang isinya:
Sori, iseng tadi ngemiskol. Hhe. Maph yyah…
Kembali gue berharap-harap cemas. Dan sms segera terbalas.
In spa???
Singkat, padat dan…
Gue membalas.
Aq tdi iseng aja ngtik numb. Tuz aq miskol. Jdi kmu g knal aq dan sbaliknya. Sori klu ngegnggu…
Kmu spa?
Dan selanjutnya sms kami seperti obrolan. Gue seneng banget akhirnya mendapat mangsa… dengan ragu, gue mambalas. Menyebut nama gue.
Okeii. Q biasa dipggil ucup ama tmen” kuliahku. Met knal…
Alamt mna? Kurg kmplit.
Bussett… kaya ptugas klurahan aja…
Tapi tunggu dulu, ada kabar baik… orang ini merespon sms gue setelah gue menyebutkan nama. Kesimpulan gue, dia ini cewek. Karena biasanya, kalau cowok, maka jawaban smsnya tidak akan semanis itu. Respon cowok pasti tak seperti ini setelah gue menyebutkan nama cowok gue.
Pernah suatu kali saat gue lagi miRC an. Ada nickname tiba-tiba nyapa gue. Sebagai orang ramah, guepun menjawab semua pertanyaan dia. Pake nanya udah makan belum, punya pacar nggak dan pertanyaan paling terakhir adalah asl pls?
Gue ketawa cekikikan setiap membalas chatnya. Karena gue tahu persis lawan chat gue ini pasti cowok buaya muara yang tak punya pengalaman. Dan ketika pertanyaan terakhir itu gue jawab, reaksinya adalah.
Brengsek… tai loe… ngomong kek dari tdi klo loe tuh cwo. Bangke… Babi!!! gue masih doyan nasi…
Ya ampun… dia mengumpat… cekikikan gue mendadak berhenti.
Pernah juga sewaktu gue lagi iseng make mig33, gue masuk room yang tidak biasa gue kunjungi. Dan tiba-tiba ada yang ngeprivat. Gue layanin aja. Tapi, sepertinya yang ini sedikit lebih teliti. Dia mengawali dengan asl plz… gue pun menjawab jujur. Dan selanjutnya adalah.
Ok. Thz. Bye…
Hahaha… gue tertawa lagi…
Kembali ke sms itu. Gue sangat yakin bahwa lawan smsan gue kali ini adalah seorang cewek. Minimal cewek jadi-jadian lahh. Karena gue sama sekali tak menerima umpatan-umpatan setelah gue mengirimkan identitas asli gue.
Dan sms itupun gue kirimkan…
Btw, ini siapa???
Dag-dig-dug gue menunggu balasan. Akankah gue mendapat balasan berupa:
nama aku sari, ijah, inem, darmi, dasiem atau SRI?
Atau malah, gue akan menerima sms berbentuk.
Nama aku ponari. Dukun cilik dari jawatimur…
Gue masih belum mendapat jawaban.
Sampai beberapa detik gue menanti dan… HP gue bergetar. Serta merta gue meraihnya dan langsung membuka inboxnya. Dengan gemetar dan wajah berbinar-binar, gue resah menunggu loading di handphone gue. Tak sabar menanti jawaban siapakah nama calon bidadari gue…
Dan sms itu terbuka. Gue melotot. Mata gue mangap. Perut gue mual…
Gue sama sekali tak percaya ini. Calon bidadari pujaan gue bukan SRI, bukan pula Darsiem, inem, ijah, sari ataupun darmi. Bukan juga Ponari. Tapi, dia bernama….
Jengjengjengjeng. Pletak petok breeeettt… tuut…
RAFFI…
Oh my god… akankah gue menjadi saingan berat Yuni Shara???
Karena balesan sms yang gue tunggu-tunggu itu berisi.
Raffi, almt skoharjo, mash SD.
Ya ampun… sumpah… gue bukan penjahat kelamin. Gue memang cinta sama anak-anak. Tapi gue bukan pedhopil. Apalagi gay yang pedhopil. Sumpah tiga jari dah, gue bukan seperti yang loe bayangkan…
Mimpi apa gue semalem???
Setelah diidentifikasi, semalem gue ngimpi diee’in semut.
Dan parahnya, gue menikmati smsan sama anak SD. Lebih jujur dan polos. Tapi sumpah. Gue bukan pedhopil… apalagi pedhopil yang gay.
Lewat perantara anak SD itulah akhirnya gue mendapat info tentang cewek. Kakak perempuan anak SD itu. namanya… ah, rahasia ah… dan gue berniat untuk mengorek-korek cewek beruntung itu. tapi sayangnya, ketika kutanya
Kkakmu dah puny pcar? Hehe…
Jawabannya adalah.
Aku nggak mau kakaku sma kamu. Kmu jelek sihh…
Terbukti… anak kecil(yang jujur dan polos dan baru kukenal dan itupun lewat sms dan artinya dia belum melihat gue secara riil)pun tahu. Bahwa gue jelek dan nggak pantas untuk kakaknya. Okei… gue terima…
Yang pasti, sampai sekarang(jam 23:30) gue masih asyik smsan ama ntu anak. Tapi sumpah, gue bukan pedhopilll… sekali lagi GUE BUKAN PEDHOPIL!!!

MIPA Unsoed

Ada lagicerita keajaiban di ruang kelas kami. Seorang dosen yang kita sebut sebagai bu Agus(nama sebenarnya), memang ibu batak yang cerewet tapi sangat murah dalam member niai. Kala itu kuliah sedang khusyuk-khusyuknya dijalankan. Disiang bolong yang ditemani semilir angin dari kipas angin, kmi bersiap untuk tertidur pulas. Yang pasti banyak mahasiswa mengeluh cape’ dan ngantuk. Termasuk aku tentunya.
Sedang asyik-asiknya berdoa sebelum tidur, tiba-tiba sang ibu bercerita perihal kematian sang dirut BUMN(kalau ada kesalahan mohon dibenarkan, saat itu saa sedang ngantuk berat…). Baru kutahu, ternyata Matematika ada juga hubungannya dengan dunia criminal.
“semalam sya kenyang menonton berita kematian dirut BUMN itu, yang sudah ditemukan 20 ersangkanya. Saya nggak bisa tidur semalam , karena anak saya sedang studi wisata ke Bali. Jdi setiap 10 menit, saya telepon”.
Begini obrolan telepon dalam versi cerita beliau.
“sampai mana nak???”
“baru masuk Surabaya ma” anaknya menjawab.
“lho, kok terlambat sekali…”
“nggak tahu ma, tadi macet” suara anaknya dengan back sound genjrengan gitar beserta tawa riuh dari teman-teman anaknya bu Agus(begitu menurut penuturan beliau).
“lho kok belum pada tidur nak?”
“iya mama, ini masih nyanyi-nyanyi sama temen-temen”
Percakapan berakhir.
“saya heran ini anak kok belum tidur, malah masih nyanyi-nyanyi dan ketwa keras-keras. Padahal sudah jam 9 malem”
“hahaha…” semua mahasiswanya tertawa.
“kukira udah jam 1 maem, atau jam 3 mungkin. Ini… jam 9 udah disuruh tidur. Kaya malin kundang aja…” celutukku pada teman sebelaku.
Nggak kebayang bagaimana keadaan anaknya bu Agus ketika dirumah. Pasti jam 8 sudah disebut beliau sebagai puncaknya malam dan waktunya kuntilanak bangun. Maka, semua anggota keluarganya harus sudah tertidur atau kuntilanak akan mengganggu mereka.
Kami kemudian asyik menyimak cerita si ibu. Berharap menemukan benang merah antara kematian dirut BUMN, studi wisata anaknya keBali, tentang keterlambatan Bus yang ditumpangi anaknya dan anaknya yang harus tidur jam 9 malam. Lama kami menyimak, tetapi kabar yang keluar dari Ibu adalah H nol ditolak dan diterima. Itu tandanya, tidak ada hubungan antar keempatnya. Sungguh, cerita yang tak terstruktur.
OK, kami terima kenggantungan cerita ibu tadi. Kami kembali menikmati Analisis Regresi Terapan. Sampai tibalah kembali saat kantuk menyerangku bertubi-tubi. Saat sedang bersiap berdo agr mendapat mimpi baik, tiba-tiba ada dering SMS dari HP ibu.
“halahh… dari 9177 lagi…”
“kenapa Bu?” kaim kompak mencari tahu siapa 9177.
“saya itu setiap hari selalu mendapat SMS dari nomor ini dan isinya hanya massage can not display. Saya heran, siapa 9177 ini. Sehari itu bisa sampai 7 kali lho mas, mbak” Ibu itu bercerita dengan antusias dan dihiasi aksen batak yang kental.
“pernah saya membalas SMS ke nomer ini”
Begini balasan SMS versi Ibu.
Maaf ya, anda ini siapa? SMS anda ini menggangu sekali. SMS kok nggak kenal waktu. Setelah SMS anda masuk, pulsa saya itu selalu berkurang. Anda ada urusan apa dengan saya???
Kami hanya bisa tertawa. Benar-benar ceria. Yang aku pikir, itu hanya cerita rekayasa dari orang-orang kreatif saja. Tetapi ternyata, ibu dosenku melakukan itu. Dan suatu saat aku akn menirunya. Karena, ingat, guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Jadi, suatu saat pasti aku akan melakukan hal itu sambil berlari.
Keadaan kemudian kembali tenang, kami kembali mengamai data-data yang terpantulkan lewat LCD. Kami menyimak sampai bosan dan aku kembali mengucapkan doa sebelum tidur berharap tidak ada mimpi buruk smengganggu tidur siangku ini.
Tapi, belum selesai aku mengucap doa.
“tuh… SMS dari 9177 lagi” seru sang Ibu.
“ibu pernah langganan layanan itu kali. Ibu pernah ikut reg-regan?” Tanya salah seorang diantara kami.
“nggak tau saya…”
“dibalas aja Bu, ketik aja UNREG”
“ohh…ketik UNREG gitu???”
“ngirimnya kemana?”
“9177 bu…”
“tapi nanti nggak dapat balasan yang aneh-aneh kan?”
“???”
“soalny dulu saya pernah dapet SMS”.
Begini bunyi SMSnya versi sang Ibu.
Anda butuh pekerjaan yang menjanjikan???
Maaf, saya sudah punya pekerjaan yang enak.
Anda bisa mendapatkan uang sejumlah 100 juta dalam satu tahun.
Pekerjaan saya juga menjanjikan gaji yang cukup besar.
Pekerjaan ini hanya membutuhkan 1 alat.
Pekerjaan saya juga sepasang alat. Bolpoin dan kertas.
Alat itu adalah sebilah balok.
Hah???
Ya, anda bertugas memukuli pantat Sapi setiap hari…
“hahaha…” kamipun tertawa terpingkal-pingkal mendengar cerita itu.
“padahal SMS itu dari Indosat lho… tapi jawabannya seperti itu. Wah, saya kena deh…”
Kelas siang itu diakhiri dengan tawa yang ta berkesudahan.

5/23/2009

aku sedang gundah....

akankah aku merassa apa yang kurasa???

5/20/2009

5/10/2009

ketikka si SRI...

Hari ini(30/05) gue ngesot pergi ke kampus untuk UTS. Ya, NGESOT. Betul, NGESOT… kurang jelas??? Hal ini gara-gara si Sri mogok akibat gue yang udah jarang ngasih makan itu makhluk. Akhirnya, kemarin sore yang mendung, tampak seorang lelaki cerdas mendorong kekasihnya dari Madrani menuju Kosannya(PIM). Sungguh pekerjaan yang menguras tenaga. Memang, si Sri…(gaya bicara Bu Suhut).
Gue hari ini, benar-benar tak membawa apapun yang berindikasi dapat membuat gue hilang ingatan mencari si Sri diparkiran kampus. Sementara gue, paginya berangkat Ujian dengan berngesot ria… bukan naik si Sri. Barang-barang itu contohnya: pelindung dada, helm, cadar penutup mulut, ban serep, kanebo, stang, standar, sarung tangan,sampai kunci motor atau kontak. Antisipasi ini bukan main-main, nggak lucu aja rasanya kalo gue ngebawa kunci motor ke kampus terus tiba-tiba ada temen gue yang mau minjem motor.
Temen gue(TG): cup, minjem motor dong…
Gue (G) : (mencari kunci) dimana ya kuncinya…
TG : nahlo dimana…
G : oh ini, motornya diparkiran(kunci gue selalu gue kalungin, gue nggak pernah ngalungin motor gue)
TG : okei…
Beberapa saat berselang, gue kembali belajar karena Ujian belum dimulai. Gue membaca Matematika Diskret, menghafal rumusnya, lalu…
TG : becanda loe cup, motor loe nggak ada…
G : becanda loe… motor gue, ijo, Sri… paling mentereng di parkiran…
TG : ya ampun… nggak ada, Cup…
Dan gue ribet mencari motor yang gue kira raib tanpa jejak. Si Sri diculik maling tak dikenal. Dengan membabi boker, dia bakalan memperkosa Sri lalu menjualnya diluar negeri untuk dijadiin PSK. Oh NO !!!
Dengan jantung berdegup dan berkejaran ala sinetron india, gue pun lapor ke Pos Satpam.
G : Pak, Sri kabur gara-gara belum saya kasih makan… gimana ini???
S : Sri??? Tadi pamit pulang katanya mau ngangkat jemuran takut dimarahin tuannya…
Pak satpam lalu menyuruh gue kekantor pusat untuk melapor, dan disana gue akan diwawancarai lalu gue harus melapor dikapolres, kapolda, kapolri sampai kapol kapol yang lain. Si Sri belom ketemu.
Dan nanti, ketika gue lagi asyik-asyiknya menangisi kepergian si Sri yang tanpa pamit, tiba-tiba gue melihat sepotong mahluk ijo yang sudah familiar dimata gue. Ya, itu si Sri yang lagi asyik bermasyuk di parkiran kosan gue. Gue berhenti menangis dan lalu tertawa kaya orang kesurupan ee’ ayam. GUE PIKUN !!! dan gue dituntut dan didenda dengan tuduhan memberikan keterangan palsu dan meresahkan polisi serta satpam seantero Purwokerto.
Cerita itu sama sekali bukan tanpa alasan, semua ketakutan gue itu bertumpu pada kisah masa gue SMP dulu.
Ketika jaman Sepeda Federal kembali bersinar, gue sedang heboh-hebohya bersepeda kemanapun gue berada. Bahkan ketika gue mau ngepet jambu biji di kebun sekitar rumah gue. Ketika itu sedang musim jambu biji dan gue sangat hobi manjat pohon dan memetik buah itu sebanyak-banyakya untuk kemudian disimpan. Siapa tahu salah satunya nanti akan menjadi emas permata dan gue akan segera menjadi orang kaya.
Hari itu berbeda, sepulang gue dari maling jambu biji, gue kebingungan dirumah ketika emak gue mennyakan.
“nak, masukin dulu sepeda kamu…”
Gue melongo…
Sejak kapan gue punya sepeda??? Gue lalu mencari-cari dan mengingat kembali, dimana letak sepeda gue? Dibawah ranjang, diatas pohon, atau nyangkut dibulu ketek???
“nggak ada mak sepedanya. Ilang kali…” gue santai, sangat santai untuk seukuran seorang bocah yng kehilangan sepeda.
“lho??? Emang kamu narohnya dimana tadi? Kok bisa nggak ada??? Diinget-inget dulu…” sejuta omongan dan nasehat dari emak gue, gue tetep mikir apa iya sepeda gue dicuri??? Andai dia tahu sepeda itu bekas dipakai oleh bocah pikun macam gue…
Gue menggeleng-geleng tak ingat sama sekali dimana dan kapan gue terakhir kali mengendarai sepeda itu. Gue benar-benar hilang ingatan.
“kapan terakhir kamu make sepeda???”
Gue menggeleng.
“kemana terakhir kamu naik sepeda???”
Gue menggeleng.
“sama siapa terakhir kamu maen???”
Gue menggeleng.
Emak pasrah. Sepeda pasti ilang. Sepeda pasti sudah berada digenggaman orang lain. Tapi emak pantang menyerah. Emak tetep berusaha mencari dimana tempat bersemedi sepeda tercinta. Semua anggota keluarga dihubungi, siapa tahu ada yang minjem seecara tidak sengaja…
Pembantu Rumah Tangga keluarga gue bersaksi.
“tadi sore ada kok, orang parkirnya didepan pintu. Ngehalangin pas saya masuk. Terus saya geser sepedanya. Tapi saya nggak ngambil kok…”
Kakak gue yang ada dirumahnya(ingat, dia sudah tidak serumah dengan kami. Dia sudah bikin rumah sendiri di daerah lain. Butuh perjalanan 1 jam dari rumah gue).
“nggak tahu, emang egap narohnya dimana? Lupa kali, dia kan pikun” (kata pikunnya itu lho, jelas banget!!!). Jahelahh mbakk, kalo tahu dimana narohnya mah, namanya bukan ilang. Terus kalo gue nggak lupa narohnya, artinya gue nggak pikun.
Tante gue yang polisi juga ikutan berargumen.
“laporin aja ke Pores. Memang akhir-akhir ini lagi banyak pencurian”.
Dan yang paling bombastis adalah argument dari Babe gue.
“tadi bapak liat orang pake sepedanya egap. Tapi tak kirain kebetulan mirip aja atau emang lagi dipinjem sama temennya egap…”
Emak gue uring-uringan. Meminta bokap gue buat nginget-inget bagaimana cirri-ciri orang tersebut dan kemana perginya orang tersebut. Dapat disimpulkan bahwa SEPEDA GUE DIGONDOL MALING!!!
Bukan masalah sepedanya yang berharga murah. Menurut emak gue, masalahnya adalah itu sepeda kakak gue yang dikasih dari Puskesmas tempatnya dinas. Kata emak gue, barang pemberian nggak boleh sampai ilang. Pamali katanya.
Jadi selama beberapa hari setelah sepeda gue itu lenyap dari peredaran, emak gue masih berusaha keras untuk mencari dimana sembunyinya sepeda Federal putih itu. Padahal, guenya sendiripun udah lupa kalo gue pernah punya sepeda. Memang, emak…
Seminggu setelah acara kehilangan sepeda yang sama sekali tidak tercium oeh tetangga kami pun seperti telah meupakan semuanya. Emak gue nggak lagi memaksa gue untuk mengingat-ingat mengenai kapan, kemana dan dengan siapa gue terakhir mainan sepeda. Kamipun sudah mulai hidup rukun damai dan sejahtera bersama.
Sampai suatu kali diruang keluarga rumah kami,
“gap, sepedaa kami masih ada disekitar sini. Nggak jauh-jauh dari kita. Jadi mungkin yang mencuri itu teman kamu. Coba kamu ingat-ingat lagi siapa yang terkhir minjem sepeda sama kamu…” emak gue tiba-tiba membuka percakapan.
Gue bingung, gue melongo. Geleng-geleng. Sebab, sumpah, sepertiya gue udah menjadi korban hipnotis. Gue sama sekali tak mengingat dimana sepeda gue.
“emang emak tahu darimana kalo sepedanya ada dideket kita?” Babe gue ikut penasaran.
“iya nih emak… kaya dukun aja…” gue.
“iya emang kata pak dukun…”
“pak dukun???”
“iya… kata pak dukun tetangga kita itu. Katanya dia itu kan orang pintar, jadi emak kesana sambil bawa gula. Kata beliau sepedanya masih ada disekitar kita…”
OH MY GOD!!!
Emak gue pergi kedukun demi sepeda Federal Putih nan gue cintai. Jangan-jangan selama ini itu sepeda selingkuh ama emak gue. Buktinya, sebegitu cintanya emak gue sampai kepikiran untuk mencarinya ke dukun. Sedangkan guenya yang udah sering dilukai olehnya juga anteng-anteng wae.
Dua minggu berlalu, Emak gue masih rajin mengunjungi Pak Dukun tetangga kami demi bisa melihat sepeda Federal Putih gue lagi. Sementara gue, maih tetap menggeleng setiap ditanya kapan, kemana dan dengan siapa gue terakhir main sepeda.
“aduh mak… lagian kenapa sih itu pak Dukun nggak jawab sendiri. Kenapa mesti egap yang nginget-inget kapan, kemana dan dengan siapa gue terakhir main sepeda. Kalo gitu mah, mending egap aja yang jadi dukun” jawab gue suatu saat.
“oh… kamu bercita-cita jadi dukun juga gap? Yaudah, nanti kalo kamu jadi dukun jangan kaya tetangga kita itu. Dia mah, bayarannya cuma gula. Jangan mau kalo cuman dibayar pake gula…”
“argh!!!...” gue pingsan.
Tiga minggu berlalu, emak ge tiba-tiba membangunkan gue dipagi yang masih dingin.
“gap, udah ya. Ikhlaskan saja sepeda kamu. Nanti kalo emak ada rejeki, emak beliin yang lebih bagus” kata emak gue dengan mata yang membendung air mta.
“dari dulu juga ega udah ngikasin, Mak. Emak aja yang ngebet pengen nyari itu sepeda…” batin gue.
“soalnya kata pak dukun, sepedanya udah dijual keluar kota atau maah keluar negeri” air mata emak gue berlinang. Beliau memeluk gue, menangis tersedu sedan. Sambil berucap sepeda, sepeda… aku rindu kamu…
“sudahlah mak, mungkin memang sudah waktunya egap nggak punya sepeda. Mungkin egap mau dikasih motor mak sama ALLAH” bisik gue pada emak.
Perlahan, emak melepas pelukan ke tubuh gue. Memandangi gue dan…
“emak mau ke pak dukun lagi…”
“ngapain lagi mak???”
“nanyain sepedanya dimana…”
Gue tidur lagi. Daripada gila???
Cerita itu berlalu begitu saja, sampai sebulan setelah gue kehilangan sepeda, emak gue akhirnya nggak betah juga menyimpan kegelisahannya akan kerinduannya terhadap seped Federal Putih gue.
Sampai suatu ketika, ketika gue sedang enak-enaknya bermain petak umpet bersama anak-anak kecil sekitar rumah gue, tiba-tiba tetangga gue yang istrinya petugas koramil –depan koramil adalah salah satu tempat biasa gue ngepet jambu- menghampiri gue.
“mas, katanya sepeda mas egap ilang ya?”
“iya bu…” jawab gue sambil masih clingak-clinguk takut ketahuan yang lagi jaga.
“sepedanya kaya gimana?”
“sudah lupa bu, udah lama sih…”
“coba diingat-ingat lagi…”
Gue cuman geleng-geleng lalu lari. Gara-gara anak yang lagi jaga sedang mencari kearah gue. Ibu itu sepertinya sedang mencob menjebak gue. Karena anaknyalah yang lagi kebagian jaga. Dia pikir gampang ngibulin gue??
Hari itu berlalu wajar sewajar-wajarnya. Keesokannya gue masih bermain secara wajar selayaknya anak SMP yang lebih senang bermain dengan anak TK.
Dan ibu-ibu itu mendatangi gue lagi. Kali ini gue sedang main tembak-tembakan. Memang licik ibu ini. Tapi ada yang berbeda dari kemarin. Pertanyaanya lebih to the point. Mungkin beliau takut gue kabur.
“sepedanya mas egap Federal Putih bukan???”
“iya bu… benar” gue mengangguk mantap.
“ayo ikut ibu…”
“tapi bu…”
“udah, ayo…” beliau menyeret gue begitu saja. Sedangkan anak-anak kecil yang sedang bermain dengan gue pun mengikuti kami. Gue dibawanya ke Kantor Koramil.
“buset… jangan-angan gue mau dipenjara nih gara-gara keseringan ngepet jambu biji di depan” gue udah mulai curiga dan memasang strategi untuk kabur.
“pak, ini anak yang sering metik jambu depan kantor” kata si ibu.
“tapi saya ijin kok sama emak saya…” gue mengelak ketakutan.
“loe pikir itu jambu punya emak loe…” begitu mungkin yang ada dibenak si ibu dan bapak berkumis tebal itu.
“apa ini sepeda adek???” tiba-tiba seseorang keluar dari sebuah kamar sembari menuntun sebuah makhluk putih yang sudah kucel.
“iya pak… itu sepeda saya…” gue langsung saja berlari menuju sepeda gue lalu mengajaknya berjingkrakan bersma. Gue bahagia.
“udah, sana. Bawa pulang dulu sepedanya. Lain kali ati-ati. Jangan sampai ketinggalan. Kecil-kecil kok pikun…”
Gue nyengir kuda sok alim.
Dan pulanglah gue kerumah dengan perasaan bahagia campur terharu. Sepeda gue kembali. Sumpah, gue nggak percaya ini suatu kenyataan. Mendadak, ingatan gue pulih pada kejadian sore itu. Jadi begini kejadiannya.
Sore itu, gue sedang asyik melakukan ritual ngepet di pohon jambu biji depan koramil. Sementara sepeda gue parkir dibawah. Setelah puas ngepet-ngepet, gue turun lalu duduk-duduk disekitar pohon jambu itu sambil menikmati enaknya jambu hasi epetan gue. Tiba-tiba, gue melihat emak gue yang terlihat sedang keberatan membawa barang-barang dari toko. Jadi, muncullah naluri keanakan gue. Gue segera menghampiri emak gue dengan antusias dan penuh semangat. Sementara sepeda gue, gue biarkan ngepet sendiri dibawah pohon jambu.
Kembali kecerita setelah sepeda itu kembali ke tuntunan gue.
Sesampainya dirumah, gue disambut dengan isak tangis dan jeritan dari emak gue yang terkaget-kaget tak disangka melihat anaknya pulang dengan menuntun sepeda yang sudah sedari sebulan yang lalu minggat entah kemana.
“ya ampun anakku… akhirnya kau kembali. Kemana saja kamu selama ini, Nak… emak kangen, emak rindu. Kamu baik-baik saja kan? Kamu nggak dijadiin pelacur kan diluar negeri? Syukurlah kamu bisa pulang sendiri. Masih inget jalan pulang…” emak gue histeris sambil memeluk lalu mengelus-elus sepeda gue.
Gue tercengang. Tak kusangka, sepeda gue sudah berhasil mengkhianati gue. Bahkan, emak gue sendiri lebih mencintainya dari pada gue. Tahu gitu, nggak gue tunjukin jalan pulang dah. Biarin dia ngglosor-ngglosor sendiri mencari kandangnya.
(ini sepeda apa uler sii???)

5/06/2009

Dosenku Ajaib

Siang itu, dikala pagi sudah berangsur pergi, aku dan teman-temanku, adek angkatanku lebih tepatnya, sedang berusaha menerima ilmu. Ya, ini mata kuliah yang udah gue ambil untuk kedua kalinya. Aku memang bodoh. Kuakui itu.
Yang unik dan tak biasa kali ini adalah keadaan dosen kami yang sedang repot-repotnya memelihara bayi. Dosen kami baru saja melahirkan anak ketiganya. Tapi memang dosen yang amat rajin, maka jadilah beliau sudah berani meninggalkan jabang bayinya demi kami. Huhuhuh… terharu. Dan meskipun sedang dalam masa pasca melahirkan, dosen kami tak pernah membolos ataupun telat masuk. Dosen teladan…
Dan ada yang lebih unik hari ini, disaat kami sedang khusyuk berkuliah ria, sang dosen mendapat tanda panggilan dari HPnya. Setelah ngobrol entah dengn siapa, beliau lalu memberikan kami tugas dan…
“kerjakan dulu ya, saya keluar sebentar…”
Kami bersorak sorai kaya di pawai. Semua gembira, ini kejadian langka. Biasanya dosen itu hanya bisa dikalahkan oleh Leptop yang mati atau karena mati lampu sedang menggilir kami. Namun kali ini, ajaib!!!
Tak beberapa lama…
“ayo, kumpulkan sekarang…” dosen itu sekonyong-konyong masuk ke ruang kels denga bayinya digendongan. Sekali lagi, BAYI DIGENDONGANNYA, sekali lagi DENGAN SEOROK BAYI DIGENONGANNYA. Ya, dosen itu terlampau professional. Bahkan sampai rela membiarkan bayinya keracunan Aljabar. Entah bagaimana persaan itu bayi, bagiku yang sudah menjadi mahasiswa berpredikat MENGULANG saja, pusingnya amit-amit. Mungin bayi itu akan segera tumbuh dengan Aljabar Linier sebagai pedoman hidupnya. Entahlah…

Ada lagicerita keajaiban di ruang kelas kami. Seorang dosen yang kita sebut sebagai bu Agus(nama sebenarnya), memang ibu batak yang cerewet tapi sangat murah dalam member niai. Kala itu kuliah sedang khusyuk-khusyuknya dijalankan. Disiang bolong yang ditemani semilir angin dari kipas angin, kmi bersiap untuk tertidur pulas. Yang pasti banyak mahasiswa mengeluh cape’ dan ngantuk. Termasuk aku tentunya.
Sedang asyik-asiknya berdoa sebelum tidur, tiba-tiba sang ibu bercerita perihal kematian sang dirut BUMN(kalau ada kesalahan mohon dibenarkan, saat itu saa sedang ngantuk berat…). Baru kutahu, ternyata Matematika ada juga hubungannya dengan dunia criminal.
“semalam sya kenyang menonton berita kematian dirut BUMN itu, yang sudah ditemukan 20 ersangkanya. Saya nggak bisa tidur semalam , karena anak saya sedang studi wisata ke Bali. Jdi setiap 10 menit, saya telepon”.
Begini obrolan telepon dalam versi cerita beliau.
“sampai mana nak???”
“baru masuk Surabaya ma” anaknya menjawab.
“lho, kok terlambat sekali…”
“nggak tahu ma, tadi macet” suara anaknya dengan back sound genjrengan gitar beserta tawa riuh dari teman-teman anaknya bu Agus(begitu menurut penuturan beliau).
“lho kok belum pada tidur nak?”
“iya mama, ini masih nyanyi-nyanyi sama temen-temen”
Percakapan berakhir.
“saya heran ini anak kok belum tidur, malah masih nyanyi-nyanyi dan ketwa keras-keras. Padahal sudah jam 9 malem”
“hahaha…” semua mahasiswanya tertawa.
“kukira udah jam 1 maem, atau jam 3 mungkin. Ini… jam 9 udah disuruh tidur. Kaya malin kundang aja…” celutukku pada teman sebelaku.
Nggak kebayang bagaimana keadaan anaknya bu Agus ketika dirumah. Pasti jam 8 sudah disebut beliau sebagai puncaknya malam dan waktunya kuntilanak bangun. Maka, semua anggota keluarganya harus sudah tertidur atau kuntilanak akan mengganggu mereka.
Kami kemudian asyik menyimak cerita si ibu. Berharap menemukan benang merah antara kematian dirut BUMN, studi wisata anaknya keBali, tentang keterlambatan Bus yang ditumpangi anaknya dan anaknya yang harus tidur jam 9 malam. Lama kami menyimak, tetapi kabar yang keluar dari Ibu adalah H nol ditolak dan diterima. Itu tandanya, tidak ada hubungan antar keempatnya. Sungguh, cerita yang tak terstruktur.
OK, kami terima kenggantungan cerita ibu tadi. Kami kembali menikmati Analisis Regresi Terapan. Sampai tibalah kembali saat kantuk menyerangku bertubi-tubi. Saat sedang bersiap berdo agr mendapat mimpi baik, tiba-tiba ada dering SMS dari HP ibu.
“halahh… dari 9177 lagi…”
“kenapa Bu?” kaim kompak mencari tahu siapa 9177.
“saya itu setiap hari selalu mendapat SMS dari nomor ini dan isinya hanya massage can not display. Saya heran, siapa 9177 ini. Sehari itu bisa sampai 7 kali lho mas, mbak” Ibu itu bercerita dengan antusias dan dihiasi aksen batak yang kental.
“pernah saya membalas SMS ke nomer ini”
Begini balasan SMS versi Ibu.
Maaf ya, anda ini siapa? SMS anda ini menggangu sekali. SMS kok nggak kenal waktu. Setelah SMS anda masuk, pulsa saya itu selalu berkurang. Anda ada urusan apa dengan saya???
Kami hanya bisa tertawa. Benar-benar ceria. Yang aku pikir, itu hanya cerita rekayasa dari orang-orang kreatif saja. Tetapi ternyata, ibu dosenku melakukan itu. Dan suatu saat aku akn menirunya. Karena, ingat, guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Jadi, suatu saat pasti aku akan melakukan hal itu sambil berlari.
Keadaan kemudian kembali tenang, kami kembali mengamai data-data yang terpantulkan lewat LCD. Kami menyimak sampai bosan dan aku kembali mengucapkan doa sebelum tidur berharap tidak ada mimpi buruk smengganggu tidur siangku ini.
Tapi, belum selesai aku mengucap doa.
“tuh… SMS dari 9177 lagi” seru sang Ibu.
“ibu pernah langganan layanan itu kali. Ibu pernah ikut reg-regan?” Tanya salah seorang diantara kami.
“nggak tau saya…”
“dibalas aja Bu, ketik aja UNREG”
“ohh…ketik UNREG gitu???”
“ngirimnya kemana?”
“9177 bu…”
“tapi nanti nggak dapat balasan yang aneh-aneh kan?”
“???”
“soalny dulu saya pernah dapet SMS”.
Begini bunyi SMSnya versi sang Ibu.
Anda butuh pekerjaan yang menjanjikan???
Maaf, saya sudah punya pekerjaan yang enak.
Anda bisa mendapatkan uang sejumlah 100 juta dalam satu tahun.
Pekerjaan saya juga menjanjikan gaji yang cukup besar.
Pekerjaan ini hanya membutuhkan 1 alat.
Pekerjaan saya juga sepasang alat. Bolpoin dan kertas.
Alat itu adalah sebilah balok.
Hah???
Ya, andabertugas memukuli pantat Sapi setiap hari…
“hahaha…” kamipun tertawa terpingkal-pingkal mendengar cerita itu.
“padahal SMS itu dari Indosat lho… tapi jawabannya seperti itu. Wah, saya kena deh…”
Kelas siang itu diakhiri dengan tawa yang ta berkesudahan.

4/28/2009

Fadil oh Fadil...

Malam minggu kemarin(24/4) seharusnya merupakan malam mingu terindah buat fadil, mamanya fadil, papanya fadil, kakaknya fadil, adiknya fadil, pacarnya fadil, temen-temennya fadil juga musuhnya fadil(ada yang belum kesebut???). malam minggu yang seharusnya diisi eceriaan dengan pesta kembang api dan mabok(???)
Keadaan sabtu pagi nan cerah awalnya biasa-biasa saja. Sampai siang, menuju sore, semua baik-baik saja. Fadil banjir jabat tangan dan cipika-cipiki. Yupp, hari itu Fadil genap berumur 19 taon. Tepat hari itu. Pass.
Sedangkan Ucup, sengaja tak mau bertemu Fadil dan mengucapkan sebelum dia sendiri yang minta padanya untuk ngucapin. Semua berjalan lancaar, gegap gempita menyambut kebahagiaan semakin dekatnya Fadil dengan umur(bener kan Dil???).
Semua baik-aik saja. Fadil bahagia, sedang temen-temennya yang mayoritas anak kost, juga bahagia karena sebentar lagi mereka bakalan makan gratis. Perbaikan gizi… ini saatnya untuk menyerang Fadil dengan membabi budeg. Hahaha
Semua baik-baik saja. Temen-temen fisika, sudah mempersiapkan adonan untuk menggoreng Fadil. Semua adonan sudah siap. Tinggal nunggu Badaknya aja. Kalo badaknya udah ketangkep, maka akan segera digorenglah menu makan malam mereka. Badak goreng rasa keringetnya fadil. Itulah yang dimaksud perbaikan gizi.
Semua baik-baik saja. Bahkan ketika sms-sms yang berisi mantera untuk memangil Badaknya ternyata masih PENDING entah nyangkut dipohon apa. Semua baik-baik saja bagi Ucup(yang tidak ikut dalam pesta Badak itu), aktifitasnya berjalan apa adanya. Tidur sambil boker, mandi sambil pub dan makan sambil nahan kentut. Semua baik-baik saja.
Sampai
“halo, mas… ada Fadil nggak disitu???”
“mmm, anu tante, mmm anu…” Ucup terlihat sedikit gugup campur kaget menerima telepon dari emaknya Badak(maaf tante…)
“ada nggak???” suara diseberang sana seperti sedang dikejar Badak.
“enggak Tante. Dari tadi malah saya nggak ketemu. Soalnya ujian. Jadi jadualnya beda”
“ohhh… bisa minta tolong dicariin nggak mas? Soalnya ditelepon kok nggak diangkat…”
“iya tante. Nanti saya coba cek ke kosan…” ucup memang anak yang patuh pada orang tua. Mamanya fadil memang selalu mencari tahu pada Ucup dimana letaknya Fadil kalau no HPnya tidak bisa dihubungi. Seolah-olah dialah majikannya Fadil di Purwokerto.
Setelah menutup telepon dan kembali memakai baju, pergilah Ucup ke kosn Fadil yang ternyata masih gelap gulita.
Dia mengetuk-ketuk pintu kamar Fadil.
“dil, Fadil… mamamu nyariin noh… dil…” Ucup ragu-ragu. Pelan-pelan engetuknya karena disekeliling kamarny benar-benar gelap. Ucup mengetuk sambil matanya tengok kiri-kanan dan kakinya gemetaran.
Kesimpulan: Fadil nggak ada. Lagian mana mau dia dikamar yang gelap gulita begitu. Sedang apa kira-kira dia kalau benar-benar ada di dalam kamar itu???
Ucup pun keluar dengan gontai dan ketakutan. Kakinya masih bergetar bahkan semakin kencang. Mamanya fadil calling
“halo, Mas… gimana? Ada???”
“ng…ng…nggak ada tante…”
“terus kemana ya???”
“nanti Tante, saya coba cari tau sama temen-temennya. Barangkali aja ada dikosan temennya”
“yaudah deh, nanti saya dikasih tau ya…”
“iya tante…”
Ucup tidak lantas mengembalikan HP nya ke CD nya. Dia lalu mengirimkan SMS:
Dill, santai-santai, gw bukn mu ngucPin meT uLtah koq. CumN mu ngSi tw, mama loe nyaRin. Kyanya pTing bgd dill. Loe dimna???
Massage sent. Delivered…
Dia lalu mengetik lagi:
Ran, fDil dSitu? Mamanya nPun gw ni, nyRin diA. kTnya gbsA dHbgi. Pi w sms mSk ko. dMna dia y???
Ucup lalu melaju menuju tempat lain. Dia udah ada janji malam ini, menyaksikan anak-anak SMA pentas teater. Inilah hobinya ucup selain kentut dan boker. Sampai dikosan temennya yang lain,
“halo, mas… gimana?”
“nggak ada tante. Saya juga udah sms temen-temennya katanya nggak pada tau”
“coba tanya Arni mas…” mamanya bener-bener khawatir akan Fadi.
“iya tante, kata Rani juga nggak lagi sama Arni. Rani udah nariin di Arni”
“aduh… kemana ya mas…” mamanya semakin was-was.
“kurang tahu tante… tapi saya sms terkirim kok tante…”
“iya saya telepon juga nyambung, tapi nggak diangkat. Malah ada suaranya orang. Saya kan jadi khawatir takut ada apa-apa…”
“Yaiyalah nelpon Fadil ada suara orang, Fadil kan belum jadi Badak…” batin ucup.
“apa coba cari di Kampus… siapa tahu lagi debat mas…”
“oh iya tante, tadi saya juga ngeliat anak Debat kok. Habis ini saya kekampus…” Ucup melompat kegirangan. Setelah ini, dia akan bertemu calon Badak.
“nanti saya dikabarin ya mas”
“iya tante…”
“trimakasih. Assalamualaikum…” suara mamanya lebih terasa sedikit tenang.
“waalaikum salam…”
Ucup kemudian menuju kampus MIPA UNSOED. Menemui anak-anak debat.
“permisi… ada Fadil???” kata Ucup ketika melihat segerombolan anak-anak Debat sedang asik makan(anak debat apa anak warteg ya???). mungkin sekarang sedang waktunya istirahat.
“nggak ada kak… dari tadi sore juga nggak dateng. Padahal kita udah mau ngerjain..” kata mereka kompak. Kebetulan yang ada saat itu memang anak 2008 semua.
“oh, yaudah makasih ya semua…”
“iya kak… sini dulu kak, makan. Ini masih ada kok..”
Ucup ragu, ingin rasanya meraih kue-kue itu. Lalu memasukannya ke celana. Lumayan, buat bekal nonto Teater. Tapi itu tak boleh terjadi, karena penyakit anehnya(suka nyimpen apa-apa dicelana dalem) tidak boleh diketahui banyak orang.
“nggak deh… makasih ya…”
Ucup keluar kampus dengan muka murung. Dia tidak menemukan calon Badak. Mangsa melesat. Tak lama, kakinya bergetar. Tanda ada telepon masuk. Susah payah dia mengeluarkan HP dari celana dalemnya. Dikorek-korek tapi nggak ketemu. Dia sampai menelanjangi tubuhnya demi mencari dimana HPnya. Dan ternyata.
Jengjengjengjeng
HPnya ada dikakinya.
“assalamualaikum…”
“waalaikum salam. Gimana mas? Ada???” mamanya Fadil lebih bersemangat kini.
“maaf tante… kata temen-temrnnya dia nggak dateng dari sore..”
“aduh… kemana ya??? Tolong yam as, bantuin dicariin…” suaranya kembali resah dan gelisah.
“iya tante…”
Setelah aksi mencari calon Badak itu nggak juga selesai, akhirnya terbanglah Ucup menuju SMA1Pbg untuk menyaksikan pentas Teater. Sampai disana…
Tolg ya mas, dicariin fadilnya, nanti kabarin sy. Trimakasih…
Ucup pun membalas.
Iy tante, temn-temn fska lg pda nyari. Ini sy lg ad acr bntar.
Pertunjukan dimulai. Aneh, sungguh pertunjukan teater yang aneh. Dibuka dengan pembacaan Puisi yang OK begete. Kemudian dilanjutkan sambutan.
“what??? Mu pentas apa mau upacara peresmian Toilet???” ucup teriak-teriak kaya di pantai.
“husss… ikutin aja alurnya…” teman-temannya menenangkan.
Baru kali ini Ucup manonton teater da arus mendengarkan dahulu sambutan-sambutan dari orang penting. Dari ketua panitia, ketua Osis, perwakilan dari sekolah, sampai ketua dinas kesenian. Untung saja penonton tidak diminta ceramah memberikan kesan dan pesan.
Saat ketua OSIS dipanggil untuk pidato,
“ohh… kepala sekolah…” celetuk Ucup yang memang rada bolot.
“hahaha… ketua OSIS, o’on…” seru daniar, disebelahnya.
Aneh, ini adalah pementasan teater terunik. Maju ters Teater Bledug… tapi tunggu dulu, dibelaang Teater Receh ya…
Pertunjukan berlangsung aman dan terkendali. Semua senang. Dan Ucup kemudian terlihat merogoh-rogoh celana bagian dalemnya.
4 missed calls
1 massage
Begitu bunyi layarnya.
Askum, mas tlg tmenin fadil dlu. Fadil tdi pingsan dkmrny.
“Astaghfirullah… innalilahi… masya allah… Ada badak pingsan???” Ucup mendelik kaget. Rasa penasarannya untuk melihat bagaimana rupanya kalau Badak lagi pingsan??? Memaksa dia untuk pulang cepat-cepat.
“ayo pulang…” ajak Ucup pada teman-temannya.
Dil, lw pinsn? Knpa g blg” dil, w kan jg pgn liat lw pingsn. Lgian pgsn nggk ngbkain pntu gw. W tdi ktktan tauk dksn lw nan glp. Tega lw…
Massae sent. Delivered
Akhirnya, dengan perjuangan yang tangguh, sampailah Ucup dikosan Fadil. Fadil dan Ucup bisa hidup bahagia kini. Mereka pun tidur bersama-sama di ranjang yang berbeda…
Note: Fadil(yang disini juga berperan sebagai Badak) adalah anak Fisika Unsoed 2007. Yang badannya gedhe, suka keringetan, hobi jalan kaki kemana-mana(musafir…), nggak doyan nasi dan kepilih menjadi ketua umum HIMAFI 2009(ini musibah bagi kelangsungan hajat hidup orang banyak), sekarang lagi sibuk latihan Debat buat IFDC. Semangat dill. Tapi sangking semangatnya dia melupakan peliharaannya yang sering dipanggil dengan UCUP. Dan sakitnya telah mengembalikan Ucup kembali kepelukannya(huekkks…). Dan itu tepat pada ULTAH nya Fadil. So sweet… Terimakasih Penyakit…
Sedangkan penulisnya adalah Assegaf, anak Matematika Unsoed 2007
Cerita ini adalah non fiktif belaka yang dibumbui dengan keLEBAIan(biasa, trik biar tulisan laku…). Jika ada kesamaan karakter dan kejadian. Berarti anda adalah orang yang beruntung. Terima kasih
Oh iya, Dil, ini kado gw buat loe… met ULTAH ya… cpetan 20 taun. Biar qta samaan. Hehe…

4/27/2009

telepon aneh eps 1

Pernah lagi, waktu itu, disore nan basah dan hujan rintik-rintik, gue sedang berHS ria dikampus MIPA UNSOED tercinta. Semua lancar, menyenangkan. Bahkan telepon dari nomer tak dikenalpun sama sekali tidak membuat gue berprasangka buruk. Karena gue lagi happy.
“hallo…” gue menyapa dengan keramahan yang ekstra gara-gara guenya lagi heppy.
“hallo mas, siapa nih???” ada yang aneh nggak sih? Yang nelpon dia, yang nggak kenal gue, eh yang nanya siapa dia.
“hah?” gue bingung, keseleg laptop.
“ini siapa? Aku mau nanyain motor…”
“motor???”
“ini siapa? Dimana???”
Sumpah, gue bingung, gue yang bloon ato gue yang bodoh siii???
Akhirnya, dengan ketegaran dan berharap dia segera memutuskan sambungan teleponnya, gue jawab aja.
“egaf…”
“eka???”
“he… he eh, eka…” biar cepet.
“kamu dimana???”
“ini siapa sih? Salah sambung kali…”
“kamu dimana???”
“salah sambung mas…”
“sampean dimana???”
Pengen gue banting tuh hape, andai saja itu bisa membuat seseorang diseberang sana mati.
“aku di purwokerto…”
“purwokerto??? Ngapain???”
Terserah gue dong. Sumpah nih orang ngerusak mood gue banget…
“kuliah…”
“rumahnya???”
“batang…”
“batangnya mana mas? Temenku juga batang”
“tersono…”
“tersononya sebelah mana?”
“deket masjid. Ini siapa sih? Kayaknya salah sambung deh”
“enggak mas. Aku mau nanyain motor mas yang mau dijual…”
“???”
“tigernya tahun berapa mas?”
Tiger pala loe bau menyan… tiger sapa yang mau gue jual???
“tiger??? Salah sambung mas, saya nggak punya tiger. Mau jual tigernya siapa???”
“rumahnya sampeyan dimana mas? Barangkali lain kali saya bisa main. Saya pengen liat tigernya…”
Tigernya siapa yang mau diliat??? Ada juga onta noh dirumah gue…
“deket masjid…” gue semakin bet mood. Gue lemes nggak karuan nahan kentut.
“ya udah dulu mas. Nanti saya hubungi lagi kalo saya mau main…”
“ya udah. Main aja noh ama Tiger…”
“apa mas???”
“nggak…”
“yaudah deh yaa. Trimakasih mas…”
“sama-sama” sumpah muka gue udah butek.
“tapi tigernya belum laku kan mas???”
“tut-tut-tut” gue menutup perbincangan nggak jelas itu…
“Hahaha…” sejenak hati gue tertawa. Tapi gue nggak bisa menutupi bahwa gangguan tadi bener-bener bikin gue galak. Tiger??? Mimpi aja nggak pernah gue, ini tiba-tiba gue ditodong buat ngejual Tiger gue. Kalo toh gue punya, mending gue pelihara kali, gue kasih pupuk, gue siramin tiap hari, sapa tahu gue bisa beternak Tiger…
Gue pun kemudian pulang kekosan gara-gara udah malem ditambah mood gue yang udah dicabik-cabik oleh Tiger itu. Dan untungnya, sampai detik ini, itu mas-mas nggak pernah lagi meneror gue apalagi main ke rumah gue. Kalo sampai dia nelpon gue lagi dan nanyain tiger, gue bakal jawab.
“tigernya udah abis mas… tinggal ee’ tiger. Mau yang mana? Rendang, dendeng ato sup? Atau barangkali mas mau makan mentah-mentah? Pake nasi atopun jadi isi burger sama-sama enak lho mas. Digadoin juga boleh. Semuanya harganya sama…”
Edan edan, jaman memang sudah edan…
(masih dihari yang sama…)
Sampai dikosan, gue bersiap untuk tidur, tapi sebelumnya, gue otak-atik leptop dulu buat nonton hasil downloadan gue(eits,,, di kampus gue nggak bisa download yang biru-biru… jangan ngeres loe…)
Tapi tiba-tiba, HP gue bergetar lalu berdering.
Private number
Roman-romannya udah nggak enak banget. Akhirnya, dengan tangan dan kaki serta seluruh tubuh yang gemetaran, gue mengangkat telepon dari nomer tak dikenal itu.
“hallo…” gue sok manis.
“hallo. Mbak kunthi ada nggak mbak kunthi???” kata seseorang diseberang sana dengan nada yang cemas.
“mbak kunthi siapa yaa???” Gue garuk-garuk jidat.
“mbak kunthi, ada disitu nggak???”
“mbak kunthi yang mana? Salah sambung kali mas…”
“enggak kok. Ini bener nomernya. Mbak kunthi kerja di tempat sampeyan nggak?” orang itu nyrocos. Mungkin, orang disekitarnya sudah terkena serangan hujan local disana.
Gue diem…
“sampeyan dimana?”
“di puwokerto…”
“kok dipurwokerto? Ngapain???”
Selamat !!! anda orang nggak penting kedua yang nanyain ngapain gue di purwokerto…
Dan bego’nya lagi, gue pun lagi-lagi menjawab.
“kuliah…”
“oh… terus rumahnya dimana?”
“tersono…” bosen gue ditanya batangnya mana???
“lha mbak kunthi kerja ditempat sampeyan nggak???”
“enggak tahu. Salah orang kali pak…”
“enggak kok. Bener…” bapak-bapak yang berpendirian teguh…
Gue diem…
“tolong dong mas. Bilang ke mbak kunthi, suruh pulang cepet. Soalnya anaknya sakit parah” bapak itu semakin memohon.
Gue bingung mesti ngomong apa…
“yaudah mas. Nanti kalo ketemu mbak kunthi, bilangin anaknya sakit parah. Disuruh cepet pulang…”
Gue bengong.
“tut-tut-tut” bapak itu menutup percakapan.
Gue masih bengong…
Ajaib!!! hari ini benar-benar ajaib. Ada 2 manusia nggak jelas meneror gue. Mood gue seketika runtuh… gue pun mengingat-ingat. Apa mungkin emak gue mengangkat karyawan baru bernama mbak kunthi???
Mbak Kunthi. Iya, bener. Sependengaran gue si tadi begitu.
Kunthi???
K-U-N-T-H-I… kunthi
OH MY GOD !!!
Mungkinkah ini pertanda si kunthi kebelet boker dan memanggil gue???
Seketika, bulu kuduk gue berlari. Gue ketakutan bener-bener ketakutan. Gue membayangkan bahwa yang menelpon gue tadi adalah genderuwo, suaminya mbak kunthi. Dans ekarang, tuyul lagi sekarat gara-gara nggak bisa boker.
Gue begidik, nyess nyesss. TIDUR !!!
Dan ketika kusadari, hari telah pagi.
Esoknya aku tak mendengar apa-apa tentang kabar si tuyul. Kita doakan saja semoga arwahnya tenang di sisi-Nya… amien…

Entahlah, mungkin Chip SIM card gue punya bakat terpendam. Atau mungkin memang punya keahlian dan keterampilan khusus. . . entahlah, yang pasti sudah banyak kejadian janggal yang menimpa gue dan HP gue…

sms aneh eps 2

Tidak Cuma itu keganjilan yang terjadi dengan HP gue. Entahlah, mungkin emang nomer HP gue yang bercecer dimana-mana. Atau sangking seringnya gue kentut disembarang tempat dengan nada dering yang menyebutkan nomer HP gue. Jadi, kentut gue begini bunyinya: kosong-delapan-lima-xxx-xxx-xxx. Tapi gue rasa tidak. Gue juga bingung. Entah kenapa hal-hal begini bisa terjadi di kehidupan gue dan HP gue.
Belum lama ini, disaat gue lagi asyik-asyiknya berkelana ala wisata kuliner, gue menerima sms yang gue kira nyasar, tapi gue harus menerima kenyataan bahwa sms itu bener-bener buat gue. Karena disana jelas-jelas nama gue disebut-sebut. Begini kira-kira versi bahasa indonesianya.
Assalamualaikum. Maaf sebelumnya. Nama saya Mahbub, dari Pemalang, Belik. Sekarang, saya sedang mengerjakan tugas akhir. Saya mau menyambung siaturrahmi sama saudara. Nah, sehubungan dengan hal tersebut, saya mau minta nomer anda. Bisa nggak mas Yusuf? Saya tunggu jawabannya.
Banyak hal aneh yang muncul dari sms tersebut. Dan sumpah, gue kesulitan untuk menterjemahkannya. Padahal gue JAWA TULEN. Tapi bahasa Jawanya yang tingkat tinggi, seakan-akan membuat gue menjadi 30 tahun lebih tua. Superduper formal.
Gue bakal dijadiin objek buat TA??? Kira-kira apa ya judul TA nya? Perhitungan Matemtis untuk mencari cara yang paling efektif untuk nahan boker dengan sample Ucup. Itu kalau dia anak Matematika. Kalo dia anak kedokteran, mungkin beda lagi judulnya. Metode terbaru cara mengatasi sembelit dengan sample Ucup. Atau kalau dia anak pertanian, Pengaruh ee’nya Ucup (yang dipakai sebagai pupuk) dengan kegagalpanenan petani strawberry di derah Belik. Atau kalau dia anak Peternakan maka judulnya Pengaruh jenis makanan dengan produksi ee’ pada hewan Ternak berjenis Ucup. Dan parahnya, kalau dia calon Dokter Hewan, maka judulnya Bagaimana masa depan kelangsungan hidup Ucup??? Hewan Spesies baru di Indonesia, hasil kawin silang antara Gorila dan Onta. Atau minimal Ucup, Primata spesies baru. Dijamin jinak dan masih Langka. Ditawarkan denagn Cuma-Cuma. Jika sakit berlanjut, hubungi Paranormal.
Setelah orolan sms malam itu, gue pun akhirnya mengakhiri karena gue udah ngantuk. Dan ORANG ITU SAMA SEKALI NGGAK NGEHUBUNGIN GUE LAGI. Syukurlah, mungkin TA nya udah kelar. Kira-kira, orang itu Fakultas apa ya??

sms aneh eps 1

Ass, met ciang ge ngapain nch? Leh kenl ga?
HP gue bergetar lalu berdering menyampaikan pesan dari dunia di minggu siang itu.
“bah… siapa lagi nii… pasti orang iseng yang nggak dapet kerjaan…” gerutu gue dalam hati saja. Sudah dipastikan itu adalah tanda-tanda orang iseng yang lagi belajar ngerjain orang.
Gue bales aja sejujur-jujurnya lagi ngapain gue siang itu. Gue takut kalo nggak diladenin itu orang bakalan bunuh diri karena depresi percobaan ngerjain orangnya gagal. Apalagi kalo sampai nanti dia menulis wasiat untuk menjadikan gue sebagai tersangka. Dan akhirnya, gue masuk penjara lalu disodomi dan dihukum nggak boleh ee’ selama dalam tahanan.
Gue terus membalas pesan darinya tanpa ragu dan malu. Sampai pada suatu titit, eh maaf salah ketik, maksud gue titik dimana gue menerima sms aneh.
Ak jg g tw ak cp?lah ne cp?
What???
Ini orang amnesia kelas kakap atau memang lagi koma??? Terus gue lagi smsan sama sapa nii??? Gue bingung, gue yang bodoh ato gue yang tolol???
Sudahlah, nggak ada salahnya gue menjawab semua pertanyaan yang dia minta. Siapa tahu nanti gue bakal dapet surprise party.(???)
Sampai akhirnya, gue jenuh sendiri memandangi sms-sms yang kalau digabungin sama sekali nggak bisa diartiin. Gue putus asa dan memutuskan untuk tidak membalas smsnya lagi. It’s enough.
Dan dia pun tak mengganggu gue lagi. Kesimpulan gue, dia adalah seseorang iseng yang lagi khilaf dan kemudian sadar bahwa dia tidak pantas ngerjain orang sejujur gue. Mungkin dia nggak merasa tertantang dengan keapaadanyaan gue.

BENCONG

Malam senin yang indah…
Malam itu, entah mengapa Lidah gue pingin banget digoyang sama ati penyet. Ya, gue lagi kebelet pengen makan ati. Dan sisi bolangnya SRI akhirnya membawa gue jalan ke sekitar Boenyamin. Nggak biasanya gue kepengen penyet tapi si SRI membawa gue lari ke Benyamin. Biasanya cuman di Soeparno. Disitu kan berjejer Penjual penyet. Dari yang lesehan, duduk di sofa sampai yang makan sambil berdiri. Biasanya gue dibawa SRI ke Boenyamon kalo lagi pengen nasi uduk. Tapi entahlah, SRI hari ini aneh. Mungkin gara-gara sesiangan tadi gue tinggal tidur. Jadi sekarang dia pengen jalan-jalan. Untung dia nggak nyulik gue sampai ke alun-alun. Huff
Semua berjalan lancar, sesuai semestinya. Gue mesen ati penyet plus nasi dan sambel nggak pedes. Semua lengkap sampai gue sadar ketika ndenger suara
“prit… prit… prit…”
Tukang parkir. Gue berhasil meninggalkan recehan dikosan. Di dompet gue hanya ada uang pas dan selembar lagi sepuluh ribuan. U my goat !!! masak tukang parkir mau dikasih 10.000???
Sudahah, lupakan itu. Gampang…
Lama gue terduduk menunggu si ati mateng. Sampai habis ide gue untuk melakukan bisnis acting model apa lagi. Model sok-sokan SMS padahal pulsa seiprit, udah, model sok-sokan asyik ngegame, udah, tinggal satu yang belum, model ngegadoin HP gue yang udah mulai soak. Tapi itu nggak mungkin.
Gue asyik-asyik aja menanti pesanan siap saji sambil duduk dan menikmati kendaraan yang lalu lalang. Hingga akhirnya,
Sesosok tinggi, item, gede dan nyeremin tiba-tiba keluar dari balik korden.
“bujubuneng!!!” gue kaget setengah berdiri. Sesosok makhluk tak berbentuk itu dengan Riang gembiranya tersenyum lebar sambil berkata.
“missi, missi, malem semua. Kenalkan nama saya Ngatinah…”
You know???
Ngatinah adalah sesosok bencong kampoeng nan dekil dan sok nyentrik. Pakaiannya yang terpaksa masuk menyesuaikan bodynya yang bohai aduhai tampak basah oleh keringat. Sedang celananya, busettt… hotpants. Sayangnya itu bencong nggak pake high hells. Coba kalo iya, naksir kali gue…
Gue merem melek berharap bencong tak tertarik pada kesendirianku. Gue clingak-clinguk. Oh my god… gue dan makhluk bencong itu dua-duanya makhluk yang nggak berpasangan. Akankah gue menemukan jodoh gue malam ini???
Semua berdua, semua enjoy aja, bahkan ada yang ketawa-tawa sambil teriak “goyang mas…” sedangkan gue, dagdigdug kaya tikus kecebur sumur. Gue terpaksa merem melek sambil ngliatin ke ibu-ibu penjualnya, berharap mendapat perlindungan kalo-kalo tu bencong tiba-tiba nyipok gue. Gue bener-bener gemeteran plus jantung berdegup kencang. Mana gue nggak punya receh, matilah gue…
Gue sama sekali nggak pengen ndengerin apa yang bencong itu nyanyiin. Yang jelas, sayup sayup gue denger dendangan
“tali kutange ucul. Kutange copot…”
Eh apa gue salah denger ya??? Pokoknya begitulah.
Parahnya lagi, setelah satu lagu habis, dia beraksi lagi dengan “waktu tamasya ke bina griya…” didepan pasangan yang belum menyodorkan recehan. Jangan sampai bencong itu menuju gue dan nyanyi didepan gue pake kicik-kicik dan ngancem nggak mau pergi sampai gue ngasih duit atau kehormatan. Bisa mati duduk gue.
Sesaat kemudian, bencong itu tereak.
“udah ahh, cape. Pelit nggak mau ngasih…” dia lalu berjalan menuju ge. Sekali lagi MENUJU GUE. Gue udah siap-siap monyongin mulut siap untuk dicipok karena gue nggak punya duit recehan sama sekali.
Gue monyong-monyong sambil merem. Sampai akhirnya tercium bau-bauan yang aneh. Karena penasaran, maka gue membuka mata perlahan dan huekkk. Aroma kembang tujuh rupa yang habis dikentutin plus dipipisin kuda menyerbak. Gila, tuh bencong. Pake parfum apa sih. Kentut gue aja kalah saing. Tapi syukurlah bencong itu nggak tertarik sama sekali sama gue. Untukng gue jelek, kalo gue cakep, bencong itu juga nggak berani nyium gue. Coz, gue dateng sama bini gue…hahaha

4/24/2009

MOTORku resmi bernama "SRI"

berawal dari sbuah obrolan dengan ... Kawanku .Entahlahh siapa,aku sudah lupa.
"minggirin nih motor ijo. . .Siapa namanya..."katanya
"punya gue" ,aku
"siapa nama motor loe?"
aku lama diem ,memikirkan.Iya yaa,keren juga kLo si ijo punya nama. "ijo"?Ahh,ga kreatif.
"kalo motorku jhoni.Jdi tiap mu nyuci mtor aku bilg."ayo jon,mandi dulu...aku mandiin"" dia menghilangkan lamunanku akan nama.
"ihh ,bAkat hoMBreng loe .Gue doNg ,mtor gue namanya SRI... Iya, sRi !!! Jadi tiap dicuci."ayo sRi,mandi dulu.Mandi BAreng .Nanti aku saBunin kmu.Aku eluselusin kamu.Ayo copot dulu dalemannya (tett tott!!!)".Begitu.Pan lebii roMantiC rHapSodii"
dan aku lalu pergi .Ke kosn Pitaloka yang katanya ank"nya pada mu pindah cz ibuny bAW*l.(bukan jenis ikann).
Si dinda pen mjem mtor ama mb dEdhe.Mu k elizaBeth.Cz mbk dEdhe kena pnykit kulit sjenis sipilis (tet tott!!!)
DEngan terHormatnya aku ngmg
"jagain si sRi yaa...Dia tdi paGi bAru aku mandiin..."
dinda dan mbk deDhe saling pandang.Bingung. . .
Cerita itU bLalu .
Mtor udh bAlik dg bensin namBah plus dpet jatah suP buah berdurenn.Mu pulang ,mlwati orange kost.Tnyta ada gHani n cHoco si bRandal dari bAtang sdang btamu.
Aku mampirR...
Dan dg bAngganYa. . .Aku mCritakan laGi periHal si SRI. . .
Dan pas aku mau pulang .DEngan ikLasnya...Mbk wahYu ama dEphoy(yg dikunjungi cHo n gani=pengHuni orange) melamBai padaku,aku pun melamBaii
"thatha SRI ..."
whattt???
mOtorKu jauh punya pamOrr. . .

4/22/2009

BOKER=Jam Beker Nenek???

“gap, makannya jangan banyak-banyak. Nanti kekenyangan…” ibuku mencoba menghentikan gairah makanku yang memang lagi tinggi.
Aku hanya memandang beliau sebentar lalu melanjutkan makan lagi. Kali ini aku nambah sambelnya.
“gap, sambelnya pedes. Masakan yang lain juga pedes semua. Entar kamu mensret loh…” kali ini Ibuku agak berisik didekat telingaku.
“hush… berisik banget si Ibu. Tinggal makan juga…” tentu saja, aku hanya berani mengumpat dalam hati. Memang aneh hari ini, aku yang tak biasa makan pedes menjadi gila akan sambel.
“monggo pak, bu, mas, mbak, seadanya…”sng tuan rumah sudah berkali-kali menyilakan kami.
“oh iya, Bu. Terimakasih. Jadi ngrepotin ini…” semua menjawab serentak. Sepertinya itu memang jawaban wajib bagi tamu yang ditawarin makan. Satu-satunya orang dewasa yang nggak tahu terimakasih adalah AKU. Aku tetep aja enjoy makannya. Sebotol Es Jeruk itu sudah menjelma menjadi air putih.
Makan siang sudah selesai. Kamipun kembali ngobrol di Ruang Tamu. Bukan, bukan kami. Mereka lebih tepatnya. Sedang aku, memilih bercandaan dengan keponakan-keponakanku. Ngerjain mereka lebih tepatnya. Sampai ketiganya udah illfil duluan kalo ada bau aku. Seorang mahasiswa yang masih doyan ngegodain anak kecil. Om-om genit…
Sampai menjelang siang, sampai selesai sholat Dzuhur, semua berjalan dengan harmonis. Sampai pada suatu saat… disaat-saat heboh itu hadir. Keponakan-keponakanku semua geger pengen be’ol.
“hahaha… makanya, kalo makan berdo’a dulu, biar jadi daging. Kamu sih, makannya cepet-cepet” ucapku ngeledekin Arin, Akmal dan Arul.
“biarin… dari pada Om, nggak bisa ee’. Pas ee’ malah mencret…” Akmal jelas tak mau kalah. Berbeda dengan Arul yang masih 1,5 tahun. Dia hanya bisa menangis saat kukata-katai. Sedangkan yang paling bongsor, Arin mah cuman cengar-cengir malu-malu kuda.
Semua udah cebok dan bersiap untuk pulang saat aku merasakan ada sesuatu yang datang menghampiriku.
Ibu, Bapak dan kakak-kakakku udah pamit semua. Bahkan keponakan-keponakanku pun udah pasang tampang sok manis didepan si empunya rumah. Pake kiss bye dan dada-dada pula.
Aku, aku tak berdaya. Tamu tak diundang itu benar-benar membuat keringetan sampai gemeteran. Dan akupun lalu berbisik pada Ibuku.
“bu’, egap pengen boker…”
“apa??? Beker??? Jam beker? Ia, nanti ke Matahari Akmal sama Arin juga tadi minta mampir” Ibu yang bijak.
“Bukan, bukan Beker. Tapi Boker, ee’…” Aku pelan-pelan menjelaskan.
Dan saat itu juga, wajah Ibu langsung berubah. Speechless.
Beliau langsung mengisyaratkan anak-anaknya untuk segera masuk ked ala mobil. Begitupun aku. Semua menuruti. Sebenarnya memang tak ada yang aneh dengan reaksi Ibu. Beliau pasti akan segera meminta sopir untuk segera berhenti di POM bensin terdekat dan menyuruhku untuk segera ee’.
Syukurlah, aku mempunyai Ibu yang sangat mengerti anaknya. Sampai dimobil, aku langsung memposisikan diri dalam posisi ternyaman dan tidak terganggu oleh siapapun.
“ini mau mampir kemana???” Bapakku kali ini mengendalikan suasana.
Arin dan Akmal langsung bersorak riang.
“Matahari Bu… Matahari… ya???” mereka kompak. Bahkan Arul yang baru belajar ngomong ibu, bapak, maem, mimik dan sejenisnya itu pun ikut bersora sorai. Pakai acara tos-tosan sama Arin dan Akmal pula. Genitnya dia… dan parahnya, Ibuku sama sekali tak keberatan…
“iya, Om juga tadi minta Jam Beker” Ibuku memang Bijaksana…
Aku sudah benar-benar tak bisa menahan ee’ ini.
“Bu’, egap itu bukan pengen jam Beker, tapi pingin ee’”
“iya, jam Beker kaya punya nenek kan???” Ibuku sotoi…
Dan hasrat ee’ku lagi subur-suburnya. Kali ini semakin bergelora.tampangku pasti udah acak-acakan nggak karuan. Perutku benar-benar udah mules, berbunyi kruyuk kruyuk mirip Jam Beker milik Nenekku yang memang legendaris. Ini bukan pertanda lapar. Tapi ini adalah sinyal-sinyal bahwa aku bakalan mencret…
Tiba-tiba saja RAM diotakku memutar kembali kejadian tadi. Saat Ibu menasehatiku. Dan juga saat Akmal menyumpahiku.
Ntar mencret loh. Pas ee’ malah mencret. Ntar mencret loh. Pas ee’ malah mencret. Orgh… TIDAK !!!
“Bu, kita nggak ngisi bensin?” aku bertanya pada ibuku dengan keringat dingin bercucuran.
“egap kenapa? Kok pucet???” kakakku memang perhatian.
“mau mabog pasti…” yang ini kakak yang baik. Bisa memikirkan hal terburuk yang mungkin terjadi.
“dasar ndeso… katanya mahasiswa…” kakak yang ini, pasti saat mudanya dulu sama jailnya kaya aku saat ini.
“bukan, bukan mau mabog. Tapi egap itu mau ee’…” aku mempertaruhkan Maluku.
“hahaha…” yang ini keluarga kurang ajar. Menertawakan kekuranganku.
“oh… jadi dari tadi diem itu mau ee’???” kakakku. Entah yang mana yang berbicara. Aku tak memperhatikan.
“kenapa nggak ngomong dari tadi???” Ibuku bertanya polos.
Sudahlah, percuma rasana menjelaskan bahwa jam beker nenek itu sebenarnya pertanda aku pingin ee’. Hanya aku saja yang salah ucap.
“yaudah… sekarang mau dikeluarin dimana nih ee’nya…” akumengahi perdebatan.
“sekalian saja nanti di Matahari…” Kakakku memang tak punya urusan apa-apa dengan Toilet. Sedangkan aku, sangat sudah kebelet.
Namanya kebelet, jangankan sepuluh menit. Sedetik aja serasa sewindu. Kira-kira sepuluh menit setelah pengakuan kontroversial tentang kebeletnya aku itu, sampailah kami dihalaman Matahari.
“parker diatas aja…” kali ini Bapakku yang mendapat giliran untuk menyiksaku.
“aku turun sini…” begitu cegatku ketika pak sopir hendak menaikkan Mobil ke lantai puncak.
Aku yang memang sudah hapal dengan letak-letak Toilet disana, langsung menuju Toilet yang biasanya paling sepi. Dan ternyata benar. Toiletnya cukup sepi. Aku langsung mendapat giliran.
Begitu masuk, celana jeans angsung kulepaskan dari kakiku. Kemudian sempakku kukeluarkan dari tempat yang seharusnya. Dan ada masalah besar disini. EE’ KU KELUAR SEBELUM SEMPAK KU KELUAR DENGAN SEMPURNA… so, belepotanlah semapakku itu oleh ee’. Dengan sempurna, aku membasahi celana dalamku sampai agak bersih. Dan aku secara resmi memakai celana dalam belepotan ee dan sangat basah di Matahari pada hari itu. Aku lalu keluar dari Toilet dengan keadaan yang biasa-biasa saja. Kubuat sewajar mungkin.
Andai mereka tahu yang bau ee’ itu aku. Mungkin mereka akan memanggil satpam untuk mengganti celana dalamku. Atau minimal aku akan dihajar massa…

gozhenk

Hari ini adalah hari yang gue tunggu. Karena hari ini, gue bakalan nginep di HOTEL dalam rangka seleksi masuk salah satu sekolah tinggi yang busyet banget seleksinya. Gue berangkat ke kota bareng sama temen-temen gue dengan mobil pribadi. Sekali lagi, mobil pribadi. Gue perjelas, mobil pribadinya temen gue. Gue berangkat bareng sama agal, anton, adit, abud, diki dan abi. Mobil agal yang biasanya berisi 5 orang, -itupun dengan icha dan Sheila, adeknya agal yang masih SD dan TK- itu, harus rela keberatan menopang kami dari jarak Batang-Semarang. Perjalanan yang tidak sampai 1,5 jam itupun kami lewati dengan penuh derita.
Perjalanan 1,5 jam dalam mobil mini berisi 7 manusia dalam masa puber tidak bisa dikategorikan sesuatu yang biasa. Hal itu sangat menantang dan menguras tenaga. Dan dengan penuh perjuangan, akhirnya agal sukses membawa kami ke sebuah hotel yang, masyaampun… kotor, jorok dan tak terawat. Itu merupakan satu-satunya hotel yang paling deket dengan tempt test kami besok. Tapi,dasar mereka pada sok kaya,mereka memilih untuk mencari HOTEL lain yang jauh lebih bonafit. Yang ada kamar mandi dalemnya lah, AC lah, deket pusat kota lah. Dasar merekanya aja sok gengsi (apa guenya yang dasar pelit y???). Niat seleksi masuk atau mau sekedar mejang-mejeng aja? Mau jadi peserta atau hanya peramai ujian saja ???) Sedang gue,milih hotel MELATI yang tanpa kamar mandi dalem, apalagi AC. Yah,cuman semalem ini. Meskipun hotelnya jorok dan terkesan angker, gue saam seakale nggak boleh takut.
Dan betpa kejamnya mereka. Tak seorangpun yng mau sekamar bahkan sehotel denganku. Mereka memilih untuk membayar patungan buat nyewa 2 kamar hotel yang hargnya lebih dari uang saku gue untuk sebulan. MAHAL BANGET !!!
“loe yakin zenk nggak sehotel sama kitaa???”
“ahh… payah… nggak kompak”
“nggak seru…”
“duit dari emak loe kan banyak zenk, mau ditabung lagi? Ya ampun… ayam loe itu udah kekenyangan. So, it’s the time to enjoy your live…”
“emang loe yakin bakalan nggak takut klo tiba-tiba bangun tengah malem dan nggak ada orang sekeliling loe? Loe dikampung juga masih tidur sma emak bapak loe kan…”
“apa perlu gue talangin duit iurannya dulu??? Tapi gantinya 3 kali lipat. Hahaha”
Mereka berenam sibuk membujuk rayu gue. Seolah-olah mereka sama sekali nggak rea kehilangan moment buat bisa tidur bareng gue. Kya….
Dan gue tetep keukeuh tak mau sehotel dengan mereka.
“bukan masalah mau misah dari kalian. Tapi loe semua tahu kan, gue lagi pengen ngganti Handphone jadul gue. Mangkanya, gue kudu pinter-pinter ngirit… udah deh, kita nginep disini aja. Murah kok, pake banget malah…” gue nggak mau kalah member alesan. Tapi jalan keluar sama sekali tak ada. Sehingga diputuskan. Mereka beda hotel sama gue…
Dan karna alasan tersebut, kamipun terpisah jarak yang cukup jauh. Gue di Hotel yang deket tempat test besok, jauh dari keramaian, tak berAC apalagi kamar mandi dalam. Sedang mereka jauh di pusat kota. Dengan fasilitas AC, kulkas, tv, dvd, kamar mandi dalem, bahkan katanya disana bisa juga pesen selimut yang bisa kentut. Yang satu itu dengan biaya tambahan yang bisa jadi lebih mahal tentunya. Akhirnya, karena kita hanya ada satu alat transportasi, yaitu mobil bokapnya agal, maka gue pun nggak bisa kemana-mana setelah mereka nganterin gue ke Hotel MELATI kebanggaan gue. Kira-kira pukul 9 malem, persis anak perawan yang kalo pulang lebih dari itu, maka alamat mereka bakal dikawinin paksa. Untungnya mereka agak baik, mengembalikan gue ke melati setelah kami jalan-jalan menikmati romansa malam di sepanjang kota Semarang.
Sesampainya dihotel, gue sama sekali nggak bisa tidur. Gara-gara gue merasa ada sesuatu yang sedang mengintai. Sama kaya artis-artis jaman sekarang yang ada di filim-film horror berbumbu seks. Serasa ada bayangan yang lewat sekelebat. Gue nengok, tapi nggak ada apa-apa. HOROR.
Secepat kilat, gue berubah pikiran. Gue menyesali dengan sangat keputusan gue. Ternyata uang tak bisa membayar kephobiaan gue terhadap gelap dan kesendirian. Untuk beberapa saat gue menghibur diri dengan mengerjakan latihan tryout yang udah pernah gue ikutin dengan hasil 100% GAGAL. Tapi, kebiasaan gue irumah yang menjadi ngantuk setelah menonton tulisan berderet-deret, nggak berlaku malam ini. Mata gue malah semakin mentereng ketika mendaati soal yang tak mampu gue selesaikan dengan mulus.
Gue bingung, bagaimana lagi untuk mengusir nyala mata gue yng masih 1000 watt ini. Ingin menelpon temen-temen dihotel lain, tapi gue hanya punya pulsa yang hanya bisa dipake SMS an dengan harga per SMS sangat murah yang sebenernya menambah gaya hidup boros dan suka ngomongin orang. Bayangkan saja, dahulu buat 1 sms saja kudu ngerogoh pulsa sampe 350. Jadilah kita sms hanya untuk hl-hal yang penting saja dan sms itupun akan dipergunakan semaksimal mungkin. Sampai batas maksimal jumlah karakter. Sedangkan jaman sekarang, apa apa serba SMS.
Gue grusa-grusu nggak karuan menahan jiwa penakut gue. Tengok kanan, lirik kiri, serasa ada sesuatu yang mengawasi. Gue bener-bener takut berada disebuah kamar asing sendirian. Apalagi di sebuah Hotel Melati yang dilihat dari tampilannya saja sama sekali nggak menarik.
Harus ada tak tik jitu untuk mengundang rasa kantuk gue. Nggak mungkin gue bikin kopi bekal gue. Selain gue takut nggak bisa tidur dan kemudian mati berdiri gara-gara ketakutan, tapi dikamar gue juga tidak disediain air panas. Dasar Hotel Melati…
Alhasil, yang dapat gue lakukan kali ini hanyalah berdiam diri diatas kasur, sambil sesekali menyembunyikan kepala kalau tiba-tiba gue denger suara-suara aneh atau melihat bayangan aneh. Herannya, kantuk gue sama sekali belum menampakkan batang hidungnya. Gue belum bisa tidur sampe hampir tengah malem. Satu hal yang gue inget dapat menjadi pengundang kantuk yang cukup mujarab adalah belajar. Membaca lebih tepatnya. Dan gue inget, gue membawa buku try out yang kata penjualnya tokcer. Soal-soal didalemnya pasti akan keluar. Dan bodohnya, hanya gue yang percaya dan membeli buku itu diantara temen-temen gue. Mereka memang bodoh, kalau ada yang pasti keluar begini, kenapa belajar yang lain???
Gue membolak-balik nggak jelas buku itu. Tapi sama sekali kantuk gue nggak menghampiri. Mantranya belum tepat mungkin. Tapi, setelah jampi-jampi bukunya hampir habis, gue pun terhipnotis. Gue tertidur.
Baru beberapa menit gue terlelap. Sampai tiba-tiba gue merasakan apa yang sedari gue takutin. Kamar gue nggak ada Toilet, artinya, sekarang gue mesti keluar kamar, melewati lorong dan masuk ke toilet yang… membayangkan saja gue begidik.
Nggak kebayang bagaimana keadaan Toilet di hotel ini. Tapi gue kebelet. Dan gue seakin nggak bisa tidur. Artinya, gue semakin lama ketakutan dan semakin mungkin gue mati berdiri dan besok gue nggak akan bisa ngerjain soal dengan sukses gara-gara gue kebelet…
Akhirnya, dipandu oleh suara diluar yang cukup ramai dengan derap langkah pengunjung yang lain, gue nekat keluar kamar.
“busyet…” gue terpesona melihat didepan pandangan gue. Seorang om-om mabok sedang dipapah dua cewek cantik nan montok. Kantuk gue semakin lari menjauh. Mata gue tak berkedip.
Gue agak ragu-ragu berjalan melelui lorong-lorong kemudian turun kelantai bawah, mencari toilet. Dengan ragu gue melewati setiap ruangan yang ternyata semakin malam justru semakin ramai. Gue melihat sebuah rambu, TOILET. Ladies and Gentlement.
Buset nih Hotel, sok-sokan pake bahasa asing. Emang ada turis yang mau tidur disini???
Kamar per kamarnya memang semakin ramai. Tapi ini tak berlaku untuk Toiletnya. Toiletya sepi dan lagi, gelap. Gue jadi ragu untuk memasukinya. Akhirnya, gue memutuskan untuk pura-pura membaca hiasan-hiasan didindingnya yang sebenarnya sudah tak layak untuk dibaca. Lumayanlah, daripada bengong. Sambil menunggu seseorang lewat dan gue ajak ke Toilet.
Sepuluh menit, awalnya gue masih bisa membaca dalam posisi biasa. Duapuluh menit, agak resah, tapi gerakannya masih wajar. Setengah jam, sesekali gue jongkok, lalu berdiri, mondar mandir, jonkok lagi, berdiri lagi. Empat puluh menit, pergerakan itu semakin cepet. Sejam, gue masih menunggu, tapi dalam posisi yang benar-benar udah nggak beraturan. Mirip sapi mau kawin sambil bertelor. Dan akhirnya, gue melambaikan tangan tanda menyerah.
Kali ini, gue mau nggak mau memasuki ruangan gelap yang sama sekali tak dikenal sebelumnya. Gue harus berani, atau gue akan ngelahirin sapi bule gara-gara nggak tahan nahan boker.
Dengan ragu, gue memutar engsel pintu Toilet.
“kreeeek…” suaranya itu, persis di film-film horror Indonesia. Gue begidik, nahan boker. Aura mistis langsung tercium oleh kelima panca indera gue. Gue ragu, ingin rasanya berlari keluar. Tapi sudah terlambat. Tangan gue reflek menutup pintu, lalu melepas celana dan jongkok diatas kloset jongkok. Nikmatnya…
“begini doang… apa yang mesti gue takutin???” gue seperti melawan jin pemilik Toilet mistis itu. Dan…
“Pet…”
“argh…. GUE TAKUT GELAP !!!” gue berteriak sekencang-kencangnya yang gue mampu.
Mampus, gue memang berhasil lari dari maut. Maut kebelet boker maupun maut takut kegelapan. Karena gue, sekarang udah ditempat yang terang dan cukup ramai. Dengan posisi TELANJANG dan memeluk abang-abang cleaning service. MAMPUS GUE !!! apa kata tante-tante yang menyaksikan gue. Bisa turun pamor gue sebagai pengunjung Hotel Melati terkece.

4/21/2009

UTS

esokk...
ketika pagi tibatiba menyapa ,
maka kan kugenggam pena,
secarik kertas. . .
UTS !!!
Bikin gue bUtekK...



(liat post an gue juga di penaripena.blogspot.com judulnya "Motorku resmi bernama SRI...")

4/14/2009

Ketika Toilet Menjadi Singgasananya

Sesuatu t’lah dari tadi mendesak pantatku dari dalam. Aku sampai berkeringat dingin menahan sesuatu itu. Entah sampai kapan aku mampu mempertahankan pertahananku sampai akhirnya celana dalamku terbercak noda kunig. Aku menelan ludah, menahan cemas.
Profesionalisme kerja memaksaku untuk melanjutkan laju kendaraanku dan merelakan seseatu semakin ganas menyodok-sodok bagian bawahku itu. Keringat dingin semakin deras mengguyurku ketika aku sudah seperti tak dapat menahanya. Ingn rasanya aku mengingkari profesionalismeku kali ini. Hanya kali ini. Tapi bagaimana dengan sekitarku??? Apa mereka rela mengorbankan 5 menitnya untuk hajatanku?... Masalahnya dihari senin yang menjelang siang ini, orang-orang sudah ingin sampai di kerajaan masing-masing. Begitupua aku, aku sudah tak dapat menahan hasratku untuk segera menuju singgasana termegahku. Ah, itulah salah satu dari ribuan duka menjadi sopir angkutan kota. Tak ada waktu istirahat, bahkan hanya sekedar berhajat.
Lama aku menanti sampai akhirnya hanya seorang pemuda berseragan putih abu-abu. Dia terlambat lagi. Tapi untunglah sekolahnya tak lebih dari 10 menit perjalanan lagi. Itu berarti hasratku segera tersalurkan. Aku tlah menyiapkan strategi untuk mendapati WC umum terdekat. Tidak, bukan terdekat tapi termungkin sepi.Aku tak mau menunggu lagi. Pilihan kujatuhkan di POM pabuaran. “Ada 3 toilet cowok disana, Nggak butuh waktu lama untuk menyalurkan hasratku” pikirku.
Gedung agak mewah itu membangkitkan energiku.
“Sebentar lagi kau boleh keluar,Su!!!” pekikku
Setelah pemuda itu Turun, aku segera melaju Sangat kencang tanpa ada orang lain selain aku di angkotku. Sesosok bayangan perempuan lengkap dengan keranjangnya, dapat kutangkap dari jauh. Dia melambai tangan tanda ingin ikut denganku.
“Peduli apa…”
Entah bagaimana nasibnya berikutnya. Dia mengumpatku. Ah, ini dosa besar buatku.
Jika aku mendahulukan profesionalismeku, banyak rupiah kuraup pagi ini. Karna ada banyak perempuan-perempuan lain yang juga menginginkanku.
”Sialan... ini gara-gara kau, Su!!!” entah, aku mengumpat siapa.
Puluhan orang kutolak sampai nenek-nenek itu ikut-ikutan trend , melambai padaku. DILEMA. Hajat atau kemanusiaan yang harus kudulukan?!!
Akhirnya, dengan kalkulasi yang teliti, rasa ibaku menang telak.
”Baturraden ya dek. Pasar” nenek itu dengan santai, enteng, tenang duduk di sebelahku.
Busyeeeet... Jauh melampaui Pabuaran sebagai incaran awalku menerima sumbangan sesuatuku. Aku harus menyusun ulang strategi. Keputusan di terminal Baturraden. Tapi pantatku menolak mentah-mentah. Pasti ramai dipagi hari yang menjelang siang ini. Dipasar? Aku harus mengeluarkan uang kebersihan. Kali ini, dompetku yang tak merestui. Ditempat wisata?. Artinya aku harus membayar tiket masuk ke loka wisata... Akhirnya dengan mantap kuputuskan untuk menjadikan rumah Amat -kenalanku- sebagai sasaran baru. Gratis, dan tak perlu antri.
Aku hanya mampu memandangi sambil tetap berkonsentrasi ke muka ketika melewati POM pabuaran sebagai target awalku.
”Oh no...Targetku meleset...”batinku menjerit
Aku tak mungkin tancap gas seperti saat aku sendiri. Meski sesuatu itu semakin kejam menyiksaku. Aku membawa orang tua yang (siapa tau) jantungan.
Hufh... Aku menahan nafas agar sesuatuku itu tak lahir prematur. Tapi aku tak tahan. Ingin rasanya menarik pasar baturraden mendekat dan melemparkan nenek ini. Tapi ternyata, itu tak perlu kulakukan. Karena sesaat kemudian, Tuhan, pasar baturraden dan nenek itu seakan paham penderitaanku.
”Sudah dek, disini saja” nenek tua itu terbata-bata.
Terimakasih Tuhan... Kau mendengar rintihanku. Dan ajaibnya, beliau menghentikanku tepat didepan rumah Amat. Aku berjalan mengikuti nenek tua itu. Lebih ajaibnya lagi, kita ternyata satu tujuan. Dan celakanya, benar-benar satu tujuan..TOILET yang hanya ada satu di rumah itu. Setrum seakan menyengatku. Aku harus benar-benar mengatur nafas dan menahan sesuatuku lagi...Cobaan apa lagi ini???
”Tunggu aja bang, sebentar. Itu ada cemilan, jangan sungkan-sungkan” Godaan itu... Aku tak mungkin menambah volume perutku. Dia bakalan semakin mendesak. Dan lahir prematur. Itu kabar buruk. Apa jadinya aku hari ini?. Akhirnya,dengan seribu pertimbangan, kuputuskan untuk pamit menuju sasaran awalku.
Aku menancap, tapi tetap tajam. Menuju POM pabuaran dengan tetap menahan nafas. Berjuang untuk tak membiarkan sesuatuku makin ganas menyodok. Ini perjuangan amat berat. Sampai akhirnya, sampailah aku di POM pabuaran. Lama aku mencari singgasanaku disana. Aku mendadak amnesia. Atau pikun? Entahlah...
Dan kabar mengejutkan datang dari bapak-bapak yang kutanyai dimana letak toilet. Karena ternyata, di POM pabuaran tak pernah ada toilet. Oh... Butuh injury time untuk mengeluarkan yang menyodokku sedari tadi.
Aku harus mencari tempat pelarian. Dan kampus Unsoed lah yang beruntung. Aku segera memarkirkan angkotku ditempat yang tak semestinya. Satu lagi dosaku, karna aku tlah membuat satpam itu mengumpat padaku. Dan Unsoed mengganjarku dengan terkuncinya toilet pertama. Oh my god... Toilet kedua bertuliskan ”WC rusak” dengan kertas seadanya. Oh no... Dan hanya toilet ini yang menjadi harapanku. Kuputar engsel. Ups... Seorang kecil sedang menempati singgasanaku ditemani seorang lelaki. Si anak jongkok, persis seperti apa yang ingin kulakukan saat ini.
Untungnya sang ayah tlah siap menceboki. ”Cepet, Pak!!!” kata-kataku tertahan. Nafas harus tetap kujaga agar dia benar-benar tak lahir prematur. Ingin kugedor dan kumaki keleletan mereka. Tapi itu dosa.
Akhirnya, secercah cahaya menimpaku. Dan manusia itu tersenyum sok manis padaku.
Segera kuserobot pintu, dan aku segera jongkok bersiap membuka celana. Oh... Pintu itu belum sempat tertutup rapat. Aku harus menundanya lagi. Butuh waktu untuk melakukan 3 langkah kepintu dan menguncinya. Dan kemudian jongkok lagi. Kuputuskan untuk kubiarkan. Karena kurasa sesuatuku itu sudah tak sabar ingin menghirup udara bebas.
Dan saat itu terlahir juga. Aku sudah telanjang bawah. ”Itu” sepertinaya sudah diujung anusku. Tapi... Gedoran pintu itu, sunguguh mengagetkan dan mempermalukan dia. Hingga dia masuk lagi keperutku. Oh... Aku harus menahan lebih lama lagi. Butuh sesuatu untuk menutupi bagian bawahku agar tak terlihat oleh sialan itu.
Celaka... Dia satpam pengumpat tadi.Umpatan selanjutnya, meledak didepan singgasanaku.
”Pindahkan angkotmu segera, atau kubakar ?”
Lagi-lagi aku harus menunda sesuatku itu untuk waktu yang cukup lama. Karena security sialan itu mengharuskanku memindah angkotku, atau aku harus rela membayar angkot majikanku hanya karena sesuatu sialan ini.
Aku segera memakai celanaku dan menuju depan pos satpam dengan tertatih dan agak jongkok. Karena aku tak mau tiba-tiba sesuatu itu keluar tanpa permisi.
Kupindahkan angkot ’Sumber Rejeki’ ku dengan tersiksa. Sungguh baru kali ini aku merasa tersiksa mengendarai angkotku. Karna biasanya aku sangat bersemangat. Tersiksa
Selesai memarkirkan di tempat semestinya, aku segera menuju singgasanaku untuk melanjutkan kenikmatan tertundaku.Untungnya, tidak ada orang lain menyerobot lahanku. Dan akhirnya, aku dapat menyinggahi singgasanaku lagi tanpa gangguan.
Lama aku menanti sesuatuku itu keluar tanpa paksa. Dari ragaku.
”Cepat keluar, Brengsek!!!” aku menggerutu untuk kesekian kalinya. Satu jam telah berlalu. Orang-orang diluar meributkanku.Sampai akhirnya, detkik-detik itu datang. Dia benar-benar telah diambang pintu anusku. Seperti seorang ayah menunggui kelahiran anak pertamanya yang lahir normal dari rahim istri tercintanya. Dalam detik-detik penantian itu, kuyakin wajahku merona, tapi gugup, tegang, semua rasa jadi satu.
”Preeeeeeeet”
Suara itu kuanggap sebagai pembukaan pertama. Disusul pembukaan-pembukaan berikutnya yang bernada sama.
“Bayiku, cepatlah keluar, Nak. Aku sudah tak tahan” Kali ini aku hampir menangis. Sampai ”pret” rendah dan pendek itu keluar. Dan seketika, hasratku sepert t’lah tuntas tersalurkan.
”Mana sesuatuku???” tanyaku pada diriku sendiri.
Ternyata, sesuatu yang sedari tadi menyodok-nyodokku, membuat aku menambah dosa dan menghilangkan rupiahku. Ternyata, hanya serentetan angin yang tlah lama bergumul diperutku....

4/08/2009

LOMBA CERPEN 2009

ada yang tau lomba cerpen buad periode 2009????
yang tema naa bebas tapi...
w puna bnyakkk cerpen nihhh
hahaha

ato klo mu ngrimin k majalah" gmana yaaa....

4/03/2009

amBisi...uS

Tanganku ingin bergerak…
Entah apa
Entah mengapa
Ingin menguntai kata yang sedari tadi bergumul di otakku
Entah apa namanya

Ambisi itu
Hadir setiap aku melihat deretan buku itu
Ahh
Aku ambisius
Aku penulis ulung yang ambisius
Ingin mengorbitkan dirinya sendiri
Bukunya

Yaa…
Aku berharap suatu saat itu akan datang
Saat ambisi yang sering merajaiku ini tersesat dalam dunia nyata

3/31/2009

hoMSicKk ???

aKu flu hari ini. . .
entahlahh ,munGkin ini mrupakan kumpulan pnyaKit yg muncul akbAt sRingna aku keuJanan .entah kmNa ntUh jas ujanku menGhiLang

intinya aku mulai mu pilek .Idung mapet .Kpala pusinG. . .

Dan entah knpa ,saAt sPti ini aq sAngat inGin brada drumah. . .Dan aku mgenang masa kciLku .hahaha
lebeiii

3/30/2009

dReaM wHat yOu darE to dreAm...

LIMA BELAS RIBU

“emak…”
“mak…”
“mak,”
Wanita setengah baya itu tetap terpejam
“mak…”
Lelaki kecil itu, merengek
“ibu guru nagih lagi…
Ibu guru minta uang
Lima belas ribu katanya.
Mak…
Mak,
Emak…”
Bocah itu tak mau tahu. Dia menggoyang-goyangkan tubuh wanita yang masih rapat terpejam…
“mak, teman-temanku yang lain rutin ngasih amplop ke ibu guru.
Titipan mama kata mereka.
Tapi aku,
Aku,
mmm…
Mak…”
Lelaki itu meragu. Haruskah dia mengeluh ? tapi tak apa, emak kan… sedang tidur… bisiknya kepadaku.
“aku ingat,
Terakhir, aku dititipi amplop sama emak
mmm…
pas aku terima hadiah dari bu guru.
Ia benar, waktu itu aku dapet buku sama pinsil dari bu guru.
Kata beliau, aku juara kelas.
Aku senang mak…
Bukunya, disimpen emak. Buat nulis di kelas dua. Pensilnya juga…
Emak inget kan ???”
Sumringah… wajahnya berseri-seri ketika menceritakan prestasinya.
“oh iya mak,
Kata ibu guru, mulai besok aku harus lebh semangat belajar.
Biar aku naik kelas dua. Biar aku bisa menjadi juara lagi.
Dapet buku lagi,
Dapet pensil lagi.
Buat kelas tiga…
Iya kan mak…”
Bocah itu tetap memelihara seri di wajahnya. Sang emak, dari matanya bergulir setetes air…
“aku mau belajar mak,
Mau…”
Kaki mungilnya hendak beranjak, tetapi terhenti…
“Tapi mak, besok emak nitipin amplop buat bu guru ya ?
Aku malu,
Aku nggak enak sama bu guru.
Aku kasian sama bu guru.
Setiap aku datang, bu guru marogoh saku dan tasku lalu bertanya…
Apa orang tuamu tak menitipkan sesuatu untuk ibu ?
Aku cuman bisa menggeleng. Ibu guru kelihatannya kecewa…”
Bocah itu terduduk kembali. Wajah putihnya menampakkan sedih…
Wanita itu, ah… entah, bagaimana hatinya. Yang terlihat matanya masih kuat terpejam.
“mak, mak…
Lima belas ribu itu, seberapa sih ???
Cukup nggak kalo adek jual mobil-mobilan yang dibuatin abang ini”
Ronanya kembali bersemi. Mobil-mobilan itu ditangannya kini. Mobil kayu, yang sudah… maaf, bau tanah.
Wanita itu, tangan dan kakinya bergerak.
Dari matanya meleleh air yang cukup deras kini…
“tapi…
Nanti adek mainan apa saat teman-teman adek main mobil ajaib mereka ?
Ah…
Adek bingung…”
Ronanya memudar…
“mak,
Adek nggak jadi mau minta mobil-mobilan ajaib deh. Adek mau minta uang lima belas ribu saja. Biar adek nggak malu sama ibu guru. Biar adek nggak melihat ibu guru sedih lagi…
Ya mak ???”
Tangannya tak berhenti memajumundurkan mobil-mobilannya. Matanya asyik bermain bersama mobil itu, mungkin imajinasinya sedang melayang jauh…
Emak, wanita itu…
Wajahnya semakin basah, dia sempat membuka mata. Tangannya melayang-layang. Hendah meraih bahu anaknya. Tapi semakin dekat, tangnnya semakin lemah, dan terjatuh sebelum sampai di tujuannya.
Anak lelaki itu, memarkirkan mobilnya kemudian. Tepat di sebelah kiri wajahnya kalau dia menidurkan kepalanya dibantal itu. Dia mendesak-desak kekiri emaknya. Kemudian tangannya membentuk formasi berdoa.
“ya allah, semoga besok ibu memberikan amplop titipan buat ibu guru… amin…”
Doa anak itu sebelum kemudian kepalanya bersandar pada bantal tipis. Tubuhnya menggeser-geser tubuh emak. Dia berbaring diantara tembok dan tubuh emak. Sempit. Tapi matanya bisa terpejam perlahan. Wanita itu sedikit memperbaiki posisi tidurnya.
Anak itu gelisah.
Tenggor kiri, tenggor kanan.
Membuat ibunya harus menghimpun tenaga agar tubuhnya tak tergeser lalu jatuh ke tanah lantai rumah itu.
Anak itu membuka mata.
Bergeser, terpejam, bergeser lagi, membuka mata, bergeser, terpejam.
Terus berulang.
Sampai dia menemukan ide.
“aha…
Atau aku minta bapak saja ya…
Iya, bapak pasti punya lima belas ribu…”
Si bocah tak bisa terpejam, memikirkan lima belas ribu.
Dai lalu melangkahi melawati tubuh emak, lalu turun dari ranjang.
“jangan nak…
Jangan ganggu pikiran bapakmu.”
Entah mengapa beliau tiba-tiba berani membuka mata. Matanya masih basah. Suaranya tak lancar.
Anak itu mendiamkan langkahnya.
“Beliau sedang sakit.
Kasihan bapak…
Bapak sudah tak lagi bekerja.”
Eajah emak makin basah. Bahkan kain penutup kasur tipis merekapun basah oleh air yang sama.
Anak itu masih membalikkan pandangannya. Tak lepas memendam emak. Tertegun.
“Nanti, emak jual kain sama baju emak…
Biar adek bisa ngasih amplop ke bu guru secepatnya. Tapi tidak besok…
Ya???”
Emak tersenyum, sementara matanya, tetap berderai air mata.
Anak kebanggan emak masih tertegun.
Anaknya emak melangkah perlahan. Hati-hati. Matanya tak lepas memandang sosok wanita itu. Matanya berkaca. Tapi, wajahnya terjaga serinya. Dari bibirnya tersungging senyum. Dia menekati emak. Tangannya memformasikan sebuah pelukan.
“emak….”
Anak itu seperti ditiupkan jiwa. Serta merta, dia berlari menubruk eak yang masih berbaring lemah dengan pelukan.
Mereka tergugu, menangis, bahagia, dari matanya bergulir air dengan derasnya. Mulutbya bergetar, namun tersebyum…
“akhirnya emak bangun. Emak sembuh…
Mak, jangan tidur lagi.
Emak tidur lama kemarin.
Adek takut.
Emak jangan tidur lagi…”
Anak itu berucap dengan mulut yang terjaga getarannya.
“emak nggak akan tidur, emak akan bekerja mencari ima belas ribu…”
Emak tak kalah haru,
Emak tak kuasa menahan getaran di rahangnya
“nggak usah mak,
Kata ibu guru, adek dapet beasiswa.
Malah, adek dapet tas baru, sepatu baru, buku baru, pensil baru, seragam baru.
Adek seneng mak. Apalagi ada gambarnya.
Oh iya, adek punya tabungan. Nanti kalau udah dapet banyak, buat beli obatnya emak. Ya???
Biar emak nggak keseringan tidur.
Adek kesepian, Mak…”
Ronanya tak mau bersembunyi. Bahagia benar-benar telah merajai jiwa lelaki kecil itu. Senyumnya tulus…
Emak hanya bisa menerima pelukan lelaki itu, lelaki tujuh tahun.
Di raut wajahnya ada kebahagiaan, kebanggaan, haru… semua terekam dari air mata…
Mereka bahagia…
Ah, enggak…
Mungkin emak sedang kalut, takut tiba-tiba harus meninggalkan adek sendiri di istana mereka…

3/26/2009

HS an di kape

hahaha
pinally
aku mrasakan bagemana menikmati hS an di Kape
yuuup
malam ini di kongkow .itutuh dpan pusat

tadinya k sopia yang notabene lebi dket
eeh tnyata disana udah mu tutup

bgini kronologinya
aku, dateng lgsung parkir tuz lari masuk ntu kfe, mcari dftar menu. mas mas itu, OMG ngliatin akuh...
pilih pilih pilih...
get
"Mas, milkshake vanilla"
"mau ngapain mas??"
-lho...-

"mau HS an disini ??? udah tutup mas jam 12..." mbak" itu cantik...tapi...BEGO
argh...

pinally gue k kongkow...
ngenet teruZZZZZ

3/24/2009

aku tak mengerti...
semalam itu...
aku...
aku...
aku bagai seorang pesakitan yang haus akan makna
makna hidup
makna mati...

aku merindukan aku
aku merindukian obsesiku
aku merindukan mimpiku
aku merindukan keinginanku
aku merindukan imaji liarku
aku merindukan maha karyaku

tapi otakku tercegat sebuah belenggu
aku tak tahu ...