5/06/2009

Dosenku Ajaib

Siang itu, dikala pagi sudah berangsur pergi, aku dan teman-temanku, adek angkatanku lebih tepatnya, sedang berusaha menerima ilmu. Ya, ini mata kuliah yang udah gue ambil untuk kedua kalinya. Aku memang bodoh. Kuakui itu.
Yang unik dan tak biasa kali ini adalah keadaan dosen kami yang sedang repot-repotnya memelihara bayi. Dosen kami baru saja melahirkan anak ketiganya. Tapi memang dosen yang amat rajin, maka jadilah beliau sudah berani meninggalkan jabang bayinya demi kami. Huhuhuh… terharu. Dan meskipun sedang dalam masa pasca melahirkan, dosen kami tak pernah membolos ataupun telat masuk. Dosen teladan…
Dan ada yang lebih unik hari ini, disaat kami sedang khusyuk berkuliah ria, sang dosen mendapat tanda panggilan dari HPnya. Setelah ngobrol entah dengn siapa, beliau lalu memberikan kami tugas dan…
“kerjakan dulu ya, saya keluar sebentar…”
Kami bersorak sorai kaya di pawai. Semua gembira, ini kejadian langka. Biasanya dosen itu hanya bisa dikalahkan oleh Leptop yang mati atau karena mati lampu sedang menggilir kami. Namun kali ini, ajaib!!!
Tak beberapa lama…
“ayo, kumpulkan sekarang…” dosen itu sekonyong-konyong masuk ke ruang kels denga bayinya digendongan. Sekali lagi, BAYI DIGENDONGANNYA, sekali lagi DENGAN SEOROK BAYI DIGENONGANNYA. Ya, dosen itu terlampau professional. Bahkan sampai rela membiarkan bayinya keracunan Aljabar. Entah bagaimana persaan itu bayi, bagiku yang sudah menjadi mahasiswa berpredikat MENGULANG saja, pusingnya amit-amit. Mungin bayi itu akan segera tumbuh dengan Aljabar Linier sebagai pedoman hidupnya. Entahlah…

Ada lagicerita keajaiban di ruang kelas kami. Seorang dosen yang kita sebut sebagai bu Agus(nama sebenarnya), memang ibu batak yang cerewet tapi sangat murah dalam member niai. Kala itu kuliah sedang khusyuk-khusyuknya dijalankan. Disiang bolong yang ditemani semilir angin dari kipas angin, kmi bersiap untuk tertidur pulas. Yang pasti banyak mahasiswa mengeluh cape’ dan ngantuk. Termasuk aku tentunya.
Sedang asyik-asiknya berdoa sebelum tidur, tiba-tiba sang ibu bercerita perihal kematian sang dirut BUMN(kalau ada kesalahan mohon dibenarkan, saat itu saa sedang ngantuk berat…). Baru kutahu, ternyata Matematika ada juga hubungannya dengan dunia criminal.
“semalam sya kenyang menonton berita kematian dirut BUMN itu, yang sudah ditemukan 20 ersangkanya. Saya nggak bisa tidur semalam , karena anak saya sedang studi wisata ke Bali. Jdi setiap 10 menit, saya telepon”.
Begini obrolan telepon dalam versi cerita beliau.
“sampai mana nak???”
“baru masuk Surabaya ma” anaknya menjawab.
“lho, kok terlambat sekali…”
“nggak tahu ma, tadi macet” suara anaknya dengan back sound genjrengan gitar beserta tawa riuh dari teman-teman anaknya bu Agus(begitu menurut penuturan beliau).
“lho kok belum pada tidur nak?”
“iya mama, ini masih nyanyi-nyanyi sama temen-temen”
Percakapan berakhir.
“saya heran ini anak kok belum tidur, malah masih nyanyi-nyanyi dan ketwa keras-keras. Padahal sudah jam 9 malem”
“hahaha…” semua mahasiswanya tertawa.
“kukira udah jam 1 maem, atau jam 3 mungkin. Ini… jam 9 udah disuruh tidur. Kaya malin kundang aja…” celutukku pada teman sebelaku.
Nggak kebayang bagaimana keadaan anaknya bu Agus ketika dirumah. Pasti jam 8 sudah disebut beliau sebagai puncaknya malam dan waktunya kuntilanak bangun. Maka, semua anggota keluarganya harus sudah tertidur atau kuntilanak akan mengganggu mereka.
Kami kemudian asyik menyimak cerita si ibu. Berharap menemukan benang merah antara kematian dirut BUMN, studi wisata anaknya keBali, tentang keterlambatan Bus yang ditumpangi anaknya dan anaknya yang harus tidur jam 9 malam. Lama kami menyimak, tetapi kabar yang keluar dari Ibu adalah H nol ditolak dan diterima. Itu tandanya, tidak ada hubungan antar keempatnya. Sungguh, cerita yang tak terstruktur.
OK, kami terima kenggantungan cerita ibu tadi. Kami kembali menikmati Analisis Regresi Terapan. Sampai tibalah kembali saat kantuk menyerangku bertubi-tubi. Saat sedang bersiap berdo agr mendapat mimpi baik, tiba-tiba ada dering SMS dari HP ibu.
“halahh… dari 9177 lagi…”
“kenapa Bu?” kaim kompak mencari tahu siapa 9177.
“saya itu setiap hari selalu mendapat SMS dari nomor ini dan isinya hanya massage can not display. Saya heran, siapa 9177 ini. Sehari itu bisa sampai 7 kali lho mas, mbak” Ibu itu bercerita dengan antusias dan dihiasi aksen batak yang kental.
“pernah saya membalas SMS ke nomer ini”
Begini balasan SMS versi Ibu.
Maaf ya, anda ini siapa? SMS anda ini menggangu sekali. SMS kok nggak kenal waktu. Setelah SMS anda masuk, pulsa saya itu selalu berkurang. Anda ada urusan apa dengan saya???
Kami hanya bisa tertawa. Benar-benar ceria. Yang aku pikir, itu hanya cerita rekayasa dari orang-orang kreatif saja. Tetapi ternyata, ibu dosenku melakukan itu. Dan suatu saat aku akn menirunya. Karena, ingat, guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Jadi, suatu saat pasti aku akan melakukan hal itu sambil berlari.
Keadaan kemudian kembali tenang, kami kembali mengamai data-data yang terpantulkan lewat LCD. Kami menyimak sampai bosan dan aku kembali mengucapkan doa sebelum tidur berharap tidak ada mimpi buruk smengganggu tidur siangku ini.
Tapi, belum selesai aku mengucap doa.
“tuh… SMS dari 9177 lagi” seru sang Ibu.
“ibu pernah langganan layanan itu kali. Ibu pernah ikut reg-regan?” Tanya salah seorang diantara kami.
“nggak tau saya…”
“dibalas aja Bu, ketik aja UNREG”
“ohh…ketik UNREG gitu???”
“ngirimnya kemana?”
“9177 bu…”
“tapi nanti nggak dapat balasan yang aneh-aneh kan?”
“???”
“soalny dulu saya pernah dapet SMS”.
Begini bunyi SMSnya versi sang Ibu.
Anda butuh pekerjaan yang menjanjikan???
Maaf, saya sudah punya pekerjaan yang enak.
Anda bisa mendapatkan uang sejumlah 100 juta dalam satu tahun.
Pekerjaan saya juga menjanjikan gaji yang cukup besar.
Pekerjaan ini hanya membutuhkan 1 alat.
Pekerjaan saya juga sepasang alat. Bolpoin dan kertas.
Alat itu adalah sebilah balok.
Hah???
Ya, andabertugas memukuli pantat Sapi setiap hari…
“hahaha…” kamipun tertawa terpingkal-pingkal mendengar cerita itu.
“padahal SMS itu dari Indosat lho… tapi jawabannya seperti itu. Wah, saya kena deh…”
Kelas siang itu diakhiri dengan tawa yang ta berkesudahan.

Tidak ada komentar: