4/28/2009

Fadil oh Fadil...

Malam minggu kemarin(24/4) seharusnya merupakan malam mingu terindah buat fadil, mamanya fadil, papanya fadil, kakaknya fadil, adiknya fadil, pacarnya fadil, temen-temennya fadil juga musuhnya fadil(ada yang belum kesebut???). malam minggu yang seharusnya diisi eceriaan dengan pesta kembang api dan mabok(???)
Keadaan sabtu pagi nan cerah awalnya biasa-biasa saja. Sampai siang, menuju sore, semua baik-baik saja. Fadil banjir jabat tangan dan cipika-cipiki. Yupp, hari itu Fadil genap berumur 19 taon. Tepat hari itu. Pass.
Sedangkan Ucup, sengaja tak mau bertemu Fadil dan mengucapkan sebelum dia sendiri yang minta padanya untuk ngucapin. Semua berjalan lancaar, gegap gempita menyambut kebahagiaan semakin dekatnya Fadil dengan umur(bener kan Dil???).
Semua baik-aik saja. Fadil bahagia, sedang temen-temennya yang mayoritas anak kost, juga bahagia karena sebentar lagi mereka bakalan makan gratis. Perbaikan gizi… ini saatnya untuk menyerang Fadil dengan membabi budeg. Hahaha
Semua baik-baik saja. Temen-temen fisika, sudah mempersiapkan adonan untuk menggoreng Fadil. Semua adonan sudah siap. Tinggal nunggu Badaknya aja. Kalo badaknya udah ketangkep, maka akan segera digorenglah menu makan malam mereka. Badak goreng rasa keringetnya fadil. Itulah yang dimaksud perbaikan gizi.
Semua baik-baik saja. Bahkan ketika sms-sms yang berisi mantera untuk memangil Badaknya ternyata masih PENDING entah nyangkut dipohon apa. Semua baik-baik saja bagi Ucup(yang tidak ikut dalam pesta Badak itu), aktifitasnya berjalan apa adanya. Tidur sambil boker, mandi sambil pub dan makan sambil nahan kentut. Semua baik-baik saja.
Sampai
“halo, mas… ada Fadil nggak disitu???”
“mmm, anu tante, mmm anu…” Ucup terlihat sedikit gugup campur kaget menerima telepon dari emaknya Badak(maaf tante…)
“ada nggak???” suara diseberang sana seperti sedang dikejar Badak.
“enggak Tante. Dari tadi malah saya nggak ketemu. Soalnya ujian. Jadi jadualnya beda”
“ohhh… bisa minta tolong dicariin nggak mas? Soalnya ditelepon kok nggak diangkat…”
“iya tante. Nanti saya coba cek ke kosan…” ucup memang anak yang patuh pada orang tua. Mamanya fadil memang selalu mencari tahu pada Ucup dimana letaknya Fadil kalau no HPnya tidak bisa dihubungi. Seolah-olah dialah majikannya Fadil di Purwokerto.
Setelah menutup telepon dan kembali memakai baju, pergilah Ucup ke kosn Fadil yang ternyata masih gelap gulita.
Dia mengetuk-ketuk pintu kamar Fadil.
“dil, Fadil… mamamu nyariin noh… dil…” Ucup ragu-ragu. Pelan-pelan engetuknya karena disekeliling kamarny benar-benar gelap. Ucup mengetuk sambil matanya tengok kiri-kanan dan kakinya gemetaran.
Kesimpulan: Fadil nggak ada. Lagian mana mau dia dikamar yang gelap gulita begitu. Sedang apa kira-kira dia kalau benar-benar ada di dalam kamar itu???
Ucup pun keluar dengan gontai dan ketakutan. Kakinya masih bergetar bahkan semakin kencang. Mamanya fadil calling
“halo, Mas… gimana? Ada???”
“ng…ng…nggak ada tante…”
“terus kemana ya???”
“nanti Tante, saya coba cari tau sama temen-temennya. Barangkali aja ada dikosan temennya”
“yaudah deh, nanti saya dikasih tau ya…”
“iya tante…”
Ucup tidak lantas mengembalikan HP nya ke CD nya. Dia lalu mengirimkan SMS:
Dill, santai-santai, gw bukn mu ngucPin meT uLtah koq. CumN mu ngSi tw, mama loe nyaRin. Kyanya pTing bgd dill. Loe dimna???
Massage sent. Delivered…
Dia lalu mengetik lagi:
Ran, fDil dSitu? Mamanya nPun gw ni, nyRin diA. kTnya gbsA dHbgi. Pi w sms mSk ko. dMna dia y???
Ucup lalu melaju menuju tempat lain. Dia udah ada janji malam ini, menyaksikan anak-anak SMA pentas teater. Inilah hobinya ucup selain kentut dan boker. Sampai dikosan temennya yang lain,
“halo, mas… gimana?”
“nggak ada tante. Saya juga udah sms temen-temennya katanya nggak pada tau”
“coba tanya Arni mas…” mamanya bener-bener khawatir akan Fadi.
“iya tante, kata Rani juga nggak lagi sama Arni. Rani udah nariin di Arni”
“aduh… kemana ya mas…” mamanya semakin was-was.
“kurang tahu tante… tapi saya sms terkirim kok tante…”
“iya saya telepon juga nyambung, tapi nggak diangkat. Malah ada suaranya orang. Saya kan jadi khawatir takut ada apa-apa…”
“Yaiyalah nelpon Fadil ada suara orang, Fadil kan belum jadi Badak…” batin ucup.
“apa coba cari di Kampus… siapa tahu lagi debat mas…”
“oh iya tante, tadi saya juga ngeliat anak Debat kok. Habis ini saya kekampus…” Ucup melompat kegirangan. Setelah ini, dia akan bertemu calon Badak.
“nanti saya dikabarin ya mas”
“iya tante…”
“trimakasih. Assalamualaikum…” suara mamanya lebih terasa sedikit tenang.
“waalaikum salam…”
Ucup kemudian menuju kampus MIPA UNSOED. Menemui anak-anak debat.
“permisi… ada Fadil???” kata Ucup ketika melihat segerombolan anak-anak Debat sedang asik makan(anak debat apa anak warteg ya???). mungkin sekarang sedang waktunya istirahat.
“nggak ada kak… dari tadi sore juga nggak dateng. Padahal kita udah mau ngerjain..” kata mereka kompak. Kebetulan yang ada saat itu memang anak 2008 semua.
“oh, yaudah makasih ya semua…”
“iya kak… sini dulu kak, makan. Ini masih ada kok..”
Ucup ragu, ingin rasanya meraih kue-kue itu. Lalu memasukannya ke celana. Lumayan, buat bekal nonto Teater. Tapi itu tak boleh terjadi, karena penyakit anehnya(suka nyimpen apa-apa dicelana dalem) tidak boleh diketahui banyak orang.
“nggak deh… makasih ya…”
Ucup keluar kampus dengan muka murung. Dia tidak menemukan calon Badak. Mangsa melesat. Tak lama, kakinya bergetar. Tanda ada telepon masuk. Susah payah dia mengeluarkan HP dari celana dalemnya. Dikorek-korek tapi nggak ketemu. Dia sampai menelanjangi tubuhnya demi mencari dimana HPnya. Dan ternyata.
Jengjengjengjeng
HPnya ada dikakinya.
“assalamualaikum…”
“waalaikum salam. Gimana mas? Ada???” mamanya Fadil lebih bersemangat kini.
“maaf tante… kata temen-temrnnya dia nggak dateng dari sore..”
“aduh… kemana ya??? Tolong yam as, bantuin dicariin…” suaranya kembali resah dan gelisah.
“iya tante…”
Setelah aksi mencari calon Badak itu nggak juga selesai, akhirnya terbanglah Ucup menuju SMA1Pbg untuk menyaksikan pentas Teater. Sampai disana…
Tolg ya mas, dicariin fadilnya, nanti kabarin sy. Trimakasih…
Ucup pun membalas.
Iy tante, temn-temn fska lg pda nyari. Ini sy lg ad acr bntar.
Pertunjukan dimulai. Aneh, sungguh pertunjukan teater yang aneh. Dibuka dengan pembacaan Puisi yang OK begete. Kemudian dilanjutkan sambutan.
“what??? Mu pentas apa mau upacara peresmian Toilet???” ucup teriak-teriak kaya di pantai.
“husss… ikutin aja alurnya…” teman-temannya menenangkan.
Baru kali ini Ucup manonton teater da arus mendengarkan dahulu sambutan-sambutan dari orang penting. Dari ketua panitia, ketua Osis, perwakilan dari sekolah, sampai ketua dinas kesenian. Untung saja penonton tidak diminta ceramah memberikan kesan dan pesan.
Saat ketua OSIS dipanggil untuk pidato,
“ohh… kepala sekolah…” celetuk Ucup yang memang rada bolot.
“hahaha… ketua OSIS, o’on…” seru daniar, disebelahnya.
Aneh, ini adalah pementasan teater terunik. Maju ters Teater Bledug… tapi tunggu dulu, dibelaang Teater Receh ya…
Pertunjukan berlangsung aman dan terkendali. Semua senang. Dan Ucup kemudian terlihat merogoh-rogoh celana bagian dalemnya.
4 missed calls
1 massage
Begitu bunyi layarnya.
Askum, mas tlg tmenin fadil dlu. Fadil tdi pingsan dkmrny.
“Astaghfirullah… innalilahi… masya allah… Ada badak pingsan???” Ucup mendelik kaget. Rasa penasarannya untuk melihat bagaimana rupanya kalau Badak lagi pingsan??? Memaksa dia untuk pulang cepat-cepat.
“ayo pulang…” ajak Ucup pada teman-temannya.
Dil, lw pinsn? Knpa g blg” dil, w kan jg pgn liat lw pingsn. Lgian pgsn nggk ngbkain pntu gw. W tdi ktktan tauk dksn lw nan glp. Tega lw…
Massae sent. Delivered
Akhirnya, dengan perjuangan yang tangguh, sampailah Ucup dikosan Fadil. Fadil dan Ucup bisa hidup bahagia kini. Mereka pun tidur bersama-sama di ranjang yang berbeda…
Note: Fadil(yang disini juga berperan sebagai Badak) adalah anak Fisika Unsoed 2007. Yang badannya gedhe, suka keringetan, hobi jalan kaki kemana-mana(musafir…), nggak doyan nasi dan kepilih menjadi ketua umum HIMAFI 2009(ini musibah bagi kelangsungan hajat hidup orang banyak), sekarang lagi sibuk latihan Debat buat IFDC. Semangat dill. Tapi sangking semangatnya dia melupakan peliharaannya yang sering dipanggil dengan UCUP. Dan sakitnya telah mengembalikan Ucup kembali kepelukannya(huekkks…). Dan itu tepat pada ULTAH nya Fadil. So sweet… Terimakasih Penyakit…
Sedangkan penulisnya adalah Assegaf, anak Matematika Unsoed 2007
Cerita ini adalah non fiktif belaka yang dibumbui dengan keLEBAIan(biasa, trik biar tulisan laku…). Jika ada kesamaan karakter dan kejadian. Berarti anda adalah orang yang beruntung. Terima kasih
Oh iya, Dil, ini kado gw buat loe… met ULTAH ya… cpetan 20 taun. Biar qta samaan. Hehe…

4/27/2009

telepon aneh eps 1

Pernah lagi, waktu itu, disore nan basah dan hujan rintik-rintik, gue sedang berHS ria dikampus MIPA UNSOED tercinta. Semua lancar, menyenangkan. Bahkan telepon dari nomer tak dikenalpun sama sekali tidak membuat gue berprasangka buruk. Karena gue lagi happy.
“hallo…” gue menyapa dengan keramahan yang ekstra gara-gara guenya lagi heppy.
“hallo mas, siapa nih???” ada yang aneh nggak sih? Yang nelpon dia, yang nggak kenal gue, eh yang nanya siapa dia.
“hah?” gue bingung, keseleg laptop.
“ini siapa? Aku mau nanyain motor…”
“motor???”
“ini siapa? Dimana???”
Sumpah, gue bingung, gue yang bloon ato gue yang bodoh siii???
Akhirnya, dengan ketegaran dan berharap dia segera memutuskan sambungan teleponnya, gue jawab aja.
“egaf…”
“eka???”
“he… he eh, eka…” biar cepet.
“kamu dimana???”
“ini siapa sih? Salah sambung kali…”
“kamu dimana???”
“salah sambung mas…”
“sampean dimana???”
Pengen gue banting tuh hape, andai saja itu bisa membuat seseorang diseberang sana mati.
“aku di purwokerto…”
“purwokerto??? Ngapain???”
Terserah gue dong. Sumpah nih orang ngerusak mood gue banget…
“kuliah…”
“rumahnya???”
“batang…”
“batangnya mana mas? Temenku juga batang”
“tersono…”
“tersononya sebelah mana?”
“deket masjid. Ini siapa sih? Kayaknya salah sambung deh”
“enggak mas. Aku mau nanyain motor mas yang mau dijual…”
“???”
“tigernya tahun berapa mas?”
Tiger pala loe bau menyan… tiger sapa yang mau gue jual???
“tiger??? Salah sambung mas, saya nggak punya tiger. Mau jual tigernya siapa???”
“rumahnya sampeyan dimana mas? Barangkali lain kali saya bisa main. Saya pengen liat tigernya…”
Tigernya siapa yang mau diliat??? Ada juga onta noh dirumah gue…
“deket masjid…” gue semakin bet mood. Gue lemes nggak karuan nahan kentut.
“ya udah dulu mas. Nanti saya hubungi lagi kalo saya mau main…”
“ya udah. Main aja noh ama Tiger…”
“apa mas???”
“nggak…”
“yaudah deh yaa. Trimakasih mas…”
“sama-sama” sumpah muka gue udah butek.
“tapi tigernya belum laku kan mas???”
“tut-tut-tut” gue menutup perbincangan nggak jelas itu…
“Hahaha…” sejenak hati gue tertawa. Tapi gue nggak bisa menutupi bahwa gangguan tadi bener-bener bikin gue galak. Tiger??? Mimpi aja nggak pernah gue, ini tiba-tiba gue ditodong buat ngejual Tiger gue. Kalo toh gue punya, mending gue pelihara kali, gue kasih pupuk, gue siramin tiap hari, sapa tahu gue bisa beternak Tiger…
Gue pun kemudian pulang kekosan gara-gara udah malem ditambah mood gue yang udah dicabik-cabik oleh Tiger itu. Dan untungnya, sampai detik ini, itu mas-mas nggak pernah lagi meneror gue apalagi main ke rumah gue. Kalo sampai dia nelpon gue lagi dan nanyain tiger, gue bakal jawab.
“tigernya udah abis mas… tinggal ee’ tiger. Mau yang mana? Rendang, dendeng ato sup? Atau barangkali mas mau makan mentah-mentah? Pake nasi atopun jadi isi burger sama-sama enak lho mas. Digadoin juga boleh. Semuanya harganya sama…”
Edan edan, jaman memang sudah edan…
(masih dihari yang sama…)
Sampai dikosan, gue bersiap untuk tidur, tapi sebelumnya, gue otak-atik leptop dulu buat nonton hasil downloadan gue(eits,,, di kampus gue nggak bisa download yang biru-biru… jangan ngeres loe…)
Tapi tiba-tiba, HP gue bergetar lalu berdering.
Private number
Roman-romannya udah nggak enak banget. Akhirnya, dengan tangan dan kaki serta seluruh tubuh yang gemetaran, gue mengangkat telepon dari nomer tak dikenal itu.
“hallo…” gue sok manis.
“hallo. Mbak kunthi ada nggak mbak kunthi???” kata seseorang diseberang sana dengan nada yang cemas.
“mbak kunthi siapa yaa???” Gue garuk-garuk jidat.
“mbak kunthi, ada disitu nggak???”
“mbak kunthi yang mana? Salah sambung kali mas…”
“enggak kok. Ini bener nomernya. Mbak kunthi kerja di tempat sampeyan nggak?” orang itu nyrocos. Mungkin, orang disekitarnya sudah terkena serangan hujan local disana.
Gue diem…
“sampeyan dimana?”
“di puwokerto…”
“kok dipurwokerto? Ngapain???”
Selamat !!! anda orang nggak penting kedua yang nanyain ngapain gue di purwokerto…
Dan bego’nya lagi, gue pun lagi-lagi menjawab.
“kuliah…”
“oh… terus rumahnya dimana?”
“tersono…” bosen gue ditanya batangnya mana???
“lha mbak kunthi kerja ditempat sampeyan nggak???”
“enggak tahu. Salah orang kali pak…”
“enggak kok. Bener…” bapak-bapak yang berpendirian teguh…
Gue diem…
“tolong dong mas. Bilang ke mbak kunthi, suruh pulang cepet. Soalnya anaknya sakit parah” bapak itu semakin memohon.
Gue bingung mesti ngomong apa…
“yaudah mas. Nanti kalo ketemu mbak kunthi, bilangin anaknya sakit parah. Disuruh cepet pulang…”
Gue bengong.
“tut-tut-tut” bapak itu menutup percakapan.
Gue masih bengong…
Ajaib!!! hari ini benar-benar ajaib. Ada 2 manusia nggak jelas meneror gue. Mood gue seketika runtuh… gue pun mengingat-ingat. Apa mungkin emak gue mengangkat karyawan baru bernama mbak kunthi???
Mbak Kunthi. Iya, bener. Sependengaran gue si tadi begitu.
Kunthi???
K-U-N-T-H-I… kunthi
OH MY GOD !!!
Mungkinkah ini pertanda si kunthi kebelet boker dan memanggil gue???
Seketika, bulu kuduk gue berlari. Gue ketakutan bener-bener ketakutan. Gue membayangkan bahwa yang menelpon gue tadi adalah genderuwo, suaminya mbak kunthi. Dans ekarang, tuyul lagi sekarat gara-gara nggak bisa boker.
Gue begidik, nyess nyesss. TIDUR !!!
Dan ketika kusadari, hari telah pagi.
Esoknya aku tak mendengar apa-apa tentang kabar si tuyul. Kita doakan saja semoga arwahnya tenang di sisi-Nya… amien…

Entahlah, mungkin Chip SIM card gue punya bakat terpendam. Atau mungkin memang punya keahlian dan keterampilan khusus. . . entahlah, yang pasti sudah banyak kejadian janggal yang menimpa gue dan HP gue…

sms aneh eps 2

Tidak Cuma itu keganjilan yang terjadi dengan HP gue. Entahlah, mungkin emang nomer HP gue yang bercecer dimana-mana. Atau sangking seringnya gue kentut disembarang tempat dengan nada dering yang menyebutkan nomer HP gue. Jadi, kentut gue begini bunyinya: kosong-delapan-lima-xxx-xxx-xxx. Tapi gue rasa tidak. Gue juga bingung. Entah kenapa hal-hal begini bisa terjadi di kehidupan gue dan HP gue.
Belum lama ini, disaat gue lagi asyik-asyiknya berkelana ala wisata kuliner, gue menerima sms yang gue kira nyasar, tapi gue harus menerima kenyataan bahwa sms itu bener-bener buat gue. Karena disana jelas-jelas nama gue disebut-sebut. Begini kira-kira versi bahasa indonesianya.
Assalamualaikum. Maaf sebelumnya. Nama saya Mahbub, dari Pemalang, Belik. Sekarang, saya sedang mengerjakan tugas akhir. Saya mau menyambung siaturrahmi sama saudara. Nah, sehubungan dengan hal tersebut, saya mau minta nomer anda. Bisa nggak mas Yusuf? Saya tunggu jawabannya.
Banyak hal aneh yang muncul dari sms tersebut. Dan sumpah, gue kesulitan untuk menterjemahkannya. Padahal gue JAWA TULEN. Tapi bahasa Jawanya yang tingkat tinggi, seakan-akan membuat gue menjadi 30 tahun lebih tua. Superduper formal.
Gue bakal dijadiin objek buat TA??? Kira-kira apa ya judul TA nya? Perhitungan Matemtis untuk mencari cara yang paling efektif untuk nahan boker dengan sample Ucup. Itu kalau dia anak Matematika. Kalo dia anak kedokteran, mungkin beda lagi judulnya. Metode terbaru cara mengatasi sembelit dengan sample Ucup. Atau kalau dia anak pertanian, Pengaruh ee’nya Ucup (yang dipakai sebagai pupuk) dengan kegagalpanenan petani strawberry di derah Belik. Atau kalau dia anak Peternakan maka judulnya Pengaruh jenis makanan dengan produksi ee’ pada hewan Ternak berjenis Ucup. Dan parahnya, kalau dia calon Dokter Hewan, maka judulnya Bagaimana masa depan kelangsungan hidup Ucup??? Hewan Spesies baru di Indonesia, hasil kawin silang antara Gorila dan Onta. Atau minimal Ucup, Primata spesies baru. Dijamin jinak dan masih Langka. Ditawarkan denagn Cuma-Cuma. Jika sakit berlanjut, hubungi Paranormal.
Setelah orolan sms malam itu, gue pun akhirnya mengakhiri karena gue udah ngantuk. Dan ORANG ITU SAMA SEKALI NGGAK NGEHUBUNGIN GUE LAGI. Syukurlah, mungkin TA nya udah kelar. Kira-kira, orang itu Fakultas apa ya??

sms aneh eps 1

Ass, met ciang ge ngapain nch? Leh kenl ga?
HP gue bergetar lalu berdering menyampaikan pesan dari dunia di minggu siang itu.
“bah… siapa lagi nii… pasti orang iseng yang nggak dapet kerjaan…” gerutu gue dalam hati saja. Sudah dipastikan itu adalah tanda-tanda orang iseng yang lagi belajar ngerjain orang.
Gue bales aja sejujur-jujurnya lagi ngapain gue siang itu. Gue takut kalo nggak diladenin itu orang bakalan bunuh diri karena depresi percobaan ngerjain orangnya gagal. Apalagi kalo sampai nanti dia menulis wasiat untuk menjadikan gue sebagai tersangka. Dan akhirnya, gue masuk penjara lalu disodomi dan dihukum nggak boleh ee’ selama dalam tahanan.
Gue terus membalas pesan darinya tanpa ragu dan malu. Sampai pada suatu titit, eh maaf salah ketik, maksud gue titik dimana gue menerima sms aneh.
Ak jg g tw ak cp?lah ne cp?
What???
Ini orang amnesia kelas kakap atau memang lagi koma??? Terus gue lagi smsan sama sapa nii??? Gue bingung, gue yang bodoh ato gue yang tolol???
Sudahlah, nggak ada salahnya gue menjawab semua pertanyaan yang dia minta. Siapa tahu nanti gue bakal dapet surprise party.(???)
Sampai akhirnya, gue jenuh sendiri memandangi sms-sms yang kalau digabungin sama sekali nggak bisa diartiin. Gue putus asa dan memutuskan untuk tidak membalas smsnya lagi. It’s enough.
Dan dia pun tak mengganggu gue lagi. Kesimpulan gue, dia adalah seseorang iseng yang lagi khilaf dan kemudian sadar bahwa dia tidak pantas ngerjain orang sejujur gue. Mungkin dia nggak merasa tertantang dengan keapaadanyaan gue.

BENCONG

Malam senin yang indah…
Malam itu, entah mengapa Lidah gue pingin banget digoyang sama ati penyet. Ya, gue lagi kebelet pengen makan ati. Dan sisi bolangnya SRI akhirnya membawa gue jalan ke sekitar Boenyamin. Nggak biasanya gue kepengen penyet tapi si SRI membawa gue lari ke Benyamin. Biasanya cuman di Soeparno. Disitu kan berjejer Penjual penyet. Dari yang lesehan, duduk di sofa sampai yang makan sambil berdiri. Biasanya gue dibawa SRI ke Boenyamon kalo lagi pengen nasi uduk. Tapi entahlah, SRI hari ini aneh. Mungkin gara-gara sesiangan tadi gue tinggal tidur. Jadi sekarang dia pengen jalan-jalan. Untung dia nggak nyulik gue sampai ke alun-alun. Huff
Semua berjalan lancar, sesuai semestinya. Gue mesen ati penyet plus nasi dan sambel nggak pedes. Semua lengkap sampai gue sadar ketika ndenger suara
“prit… prit… prit…”
Tukang parkir. Gue berhasil meninggalkan recehan dikosan. Di dompet gue hanya ada uang pas dan selembar lagi sepuluh ribuan. U my goat !!! masak tukang parkir mau dikasih 10.000???
Sudahah, lupakan itu. Gampang…
Lama gue terduduk menunggu si ati mateng. Sampai habis ide gue untuk melakukan bisnis acting model apa lagi. Model sok-sokan SMS padahal pulsa seiprit, udah, model sok-sokan asyik ngegame, udah, tinggal satu yang belum, model ngegadoin HP gue yang udah mulai soak. Tapi itu nggak mungkin.
Gue asyik-asyik aja menanti pesanan siap saji sambil duduk dan menikmati kendaraan yang lalu lalang. Hingga akhirnya,
Sesosok tinggi, item, gede dan nyeremin tiba-tiba keluar dari balik korden.
“bujubuneng!!!” gue kaget setengah berdiri. Sesosok makhluk tak berbentuk itu dengan Riang gembiranya tersenyum lebar sambil berkata.
“missi, missi, malem semua. Kenalkan nama saya Ngatinah…”
You know???
Ngatinah adalah sesosok bencong kampoeng nan dekil dan sok nyentrik. Pakaiannya yang terpaksa masuk menyesuaikan bodynya yang bohai aduhai tampak basah oleh keringat. Sedang celananya, busettt… hotpants. Sayangnya itu bencong nggak pake high hells. Coba kalo iya, naksir kali gue…
Gue merem melek berharap bencong tak tertarik pada kesendirianku. Gue clingak-clinguk. Oh my god… gue dan makhluk bencong itu dua-duanya makhluk yang nggak berpasangan. Akankah gue menemukan jodoh gue malam ini???
Semua berdua, semua enjoy aja, bahkan ada yang ketawa-tawa sambil teriak “goyang mas…” sedangkan gue, dagdigdug kaya tikus kecebur sumur. Gue terpaksa merem melek sambil ngliatin ke ibu-ibu penjualnya, berharap mendapat perlindungan kalo-kalo tu bencong tiba-tiba nyipok gue. Gue bener-bener gemeteran plus jantung berdegup kencang. Mana gue nggak punya receh, matilah gue…
Gue sama sekali nggak pengen ndengerin apa yang bencong itu nyanyiin. Yang jelas, sayup sayup gue denger dendangan
“tali kutange ucul. Kutange copot…”
Eh apa gue salah denger ya??? Pokoknya begitulah.
Parahnya lagi, setelah satu lagu habis, dia beraksi lagi dengan “waktu tamasya ke bina griya…” didepan pasangan yang belum menyodorkan recehan. Jangan sampai bencong itu menuju gue dan nyanyi didepan gue pake kicik-kicik dan ngancem nggak mau pergi sampai gue ngasih duit atau kehormatan. Bisa mati duduk gue.
Sesaat kemudian, bencong itu tereak.
“udah ahh, cape. Pelit nggak mau ngasih…” dia lalu berjalan menuju ge. Sekali lagi MENUJU GUE. Gue udah siap-siap monyongin mulut siap untuk dicipok karena gue nggak punya duit recehan sama sekali.
Gue monyong-monyong sambil merem. Sampai akhirnya tercium bau-bauan yang aneh. Karena penasaran, maka gue membuka mata perlahan dan huekkk. Aroma kembang tujuh rupa yang habis dikentutin plus dipipisin kuda menyerbak. Gila, tuh bencong. Pake parfum apa sih. Kentut gue aja kalah saing. Tapi syukurlah bencong itu nggak tertarik sama sekali sama gue. Untukng gue jelek, kalo gue cakep, bencong itu juga nggak berani nyium gue. Coz, gue dateng sama bini gue…hahaha

4/24/2009

MOTORku resmi bernama "SRI"

berawal dari sbuah obrolan dengan ... Kawanku .Entahlahh siapa,aku sudah lupa.
"minggirin nih motor ijo. . .Siapa namanya..."katanya
"punya gue" ,aku
"siapa nama motor loe?"
aku lama diem ,memikirkan.Iya yaa,keren juga kLo si ijo punya nama. "ijo"?Ahh,ga kreatif.
"kalo motorku jhoni.Jdi tiap mu nyuci mtor aku bilg."ayo jon,mandi dulu...aku mandiin"" dia menghilangkan lamunanku akan nama.
"ihh ,bAkat hoMBreng loe .Gue doNg ,mtor gue namanya SRI... Iya, sRi !!! Jadi tiap dicuci."ayo sRi,mandi dulu.Mandi BAreng .Nanti aku saBunin kmu.Aku eluselusin kamu.Ayo copot dulu dalemannya (tett tott!!!)".Begitu.Pan lebii roMantiC rHapSodii"
dan aku lalu pergi .Ke kosn Pitaloka yang katanya ank"nya pada mu pindah cz ibuny bAW*l.(bukan jenis ikann).
Si dinda pen mjem mtor ama mb dEdhe.Mu k elizaBeth.Cz mbk dEdhe kena pnykit kulit sjenis sipilis (tet tott!!!)
DEngan terHormatnya aku ngmg
"jagain si sRi yaa...Dia tdi paGi bAru aku mandiin..."
dinda dan mbk deDhe saling pandang.Bingung. . .
Cerita itU bLalu .
Mtor udh bAlik dg bensin namBah plus dpet jatah suP buah berdurenn.Mu pulang ,mlwati orange kost.Tnyta ada gHani n cHoco si bRandal dari bAtang sdang btamu.
Aku mampirR...
Dan dg bAngganYa. . .Aku mCritakan laGi periHal si SRI. . .
Dan pas aku mau pulang .DEngan ikLasnya...Mbk wahYu ama dEphoy(yg dikunjungi cHo n gani=pengHuni orange) melamBai padaku,aku pun melamBaii
"thatha SRI ..."
whattt???
mOtorKu jauh punya pamOrr. . .

4/22/2009

BOKER=Jam Beker Nenek???

“gap, makannya jangan banyak-banyak. Nanti kekenyangan…” ibuku mencoba menghentikan gairah makanku yang memang lagi tinggi.
Aku hanya memandang beliau sebentar lalu melanjutkan makan lagi. Kali ini aku nambah sambelnya.
“gap, sambelnya pedes. Masakan yang lain juga pedes semua. Entar kamu mensret loh…” kali ini Ibuku agak berisik didekat telingaku.
“hush… berisik banget si Ibu. Tinggal makan juga…” tentu saja, aku hanya berani mengumpat dalam hati. Memang aneh hari ini, aku yang tak biasa makan pedes menjadi gila akan sambel.
“monggo pak, bu, mas, mbak, seadanya…”sng tuan rumah sudah berkali-kali menyilakan kami.
“oh iya, Bu. Terimakasih. Jadi ngrepotin ini…” semua menjawab serentak. Sepertinya itu memang jawaban wajib bagi tamu yang ditawarin makan. Satu-satunya orang dewasa yang nggak tahu terimakasih adalah AKU. Aku tetep aja enjoy makannya. Sebotol Es Jeruk itu sudah menjelma menjadi air putih.
Makan siang sudah selesai. Kamipun kembali ngobrol di Ruang Tamu. Bukan, bukan kami. Mereka lebih tepatnya. Sedang aku, memilih bercandaan dengan keponakan-keponakanku. Ngerjain mereka lebih tepatnya. Sampai ketiganya udah illfil duluan kalo ada bau aku. Seorang mahasiswa yang masih doyan ngegodain anak kecil. Om-om genit…
Sampai menjelang siang, sampai selesai sholat Dzuhur, semua berjalan dengan harmonis. Sampai pada suatu saat… disaat-saat heboh itu hadir. Keponakan-keponakanku semua geger pengen be’ol.
“hahaha… makanya, kalo makan berdo’a dulu, biar jadi daging. Kamu sih, makannya cepet-cepet” ucapku ngeledekin Arin, Akmal dan Arul.
“biarin… dari pada Om, nggak bisa ee’. Pas ee’ malah mencret…” Akmal jelas tak mau kalah. Berbeda dengan Arul yang masih 1,5 tahun. Dia hanya bisa menangis saat kukata-katai. Sedangkan yang paling bongsor, Arin mah cuman cengar-cengir malu-malu kuda.
Semua udah cebok dan bersiap untuk pulang saat aku merasakan ada sesuatu yang datang menghampiriku.
Ibu, Bapak dan kakak-kakakku udah pamit semua. Bahkan keponakan-keponakanku pun udah pasang tampang sok manis didepan si empunya rumah. Pake kiss bye dan dada-dada pula.
Aku, aku tak berdaya. Tamu tak diundang itu benar-benar membuat keringetan sampai gemeteran. Dan akupun lalu berbisik pada Ibuku.
“bu’, egap pengen boker…”
“apa??? Beker??? Jam beker? Ia, nanti ke Matahari Akmal sama Arin juga tadi minta mampir” Ibu yang bijak.
“Bukan, bukan Beker. Tapi Boker, ee’…” Aku pelan-pelan menjelaskan.
Dan saat itu juga, wajah Ibu langsung berubah. Speechless.
Beliau langsung mengisyaratkan anak-anaknya untuk segera masuk ked ala mobil. Begitupun aku. Semua menuruti. Sebenarnya memang tak ada yang aneh dengan reaksi Ibu. Beliau pasti akan segera meminta sopir untuk segera berhenti di POM bensin terdekat dan menyuruhku untuk segera ee’.
Syukurlah, aku mempunyai Ibu yang sangat mengerti anaknya. Sampai dimobil, aku langsung memposisikan diri dalam posisi ternyaman dan tidak terganggu oleh siapapun.
“ini mau mampir kemana???” Bapakku kali ini mengendalikan suasana.
Arin dan Akmal langsung bersorak riang.
“Matahari Bu… Matahari… ya???” mereka kompak. Bahkan Arul yang baru belajar ngomong ibu, bapak, maem, mimik dan sejenisnya itu pun ikut bersora sorai. Pakai acara tos-tosan sama Arin dan Akmal pula. Genitnya dia… dan parahnya, Ibuku sama sekali tak keberatan…
“iya, Om juga tadi minta Jam Beker” Ibuku memang Bijaksana…
Aku sudah benar-benar tak bisa menahan ee’ ini.
“Bu’, egap itu bukan pengen jam Beker, tapi pingin ee’”
“iya, jam Beker kaya punya nenek kan???” Ibuku sotoi…
Dan hasrat ee’ku lagi subur-suburnya. Kali ini semakin bergelora.tampangku pasti udah acak-acakan nggak karuan. Perutku benar-benar udah mules, berbunyi kruyuk kruyuk mirip Jam Beker milik Nenekku yang memang legendaris. Ini bukan pertanda lapar. Tapi ini adalah sinyal-sinyal bahwa aku bakalan mencret…
Tiba-tiba saja RAM diotakku memutar kembali kejadian tadi. Saat Ibu menasehatiku. Dan juga saat Akmal menyumpahiku.
Ntar mencret loh. Pas ee’ malah mencret. Ntar mencret loh. Pas ee’ malah mencret. Orgh… TIDAK !!!
“Bu, kita nggak ngisi bensin?” aku bertanya pada ibuku dengan keringat dingin bercucuran.
“egap kenapa? Kok pucet???” kakakku memang perhatian.
“mau mabog pasti…” yang ini kakak yang baik. Bisa memikirkan hal terburuk yang mungkin terjadi.
“dasar ndeso… katanya mahasiswa…” kakak yang ini, pasti saat mudanya dulu sama jailnya kaya aku saat ini.
“bukan, bukan mau mabog. Tapi egap itu mau ee’…” aku mempertaruhkan Maluku.
“hahaha…” yang ini keluarga kurang ajar. Menertawakan kekuranganku.
“oh… jadi dari tadi diem itu mau ee’???” kakakku. Entah yang mana yang berbicara. Aku tak memperhatikan.
“kenapa nggak ngomong dari tadi???” Ibuku bertanya polos.
Sudahlah, percuma rasana menjelaskan bahwa jam beker nenek itu sebenarnya pertanda aku pingin ee’. Hanya aku saja yang salah ucap.
“yaudah… sekarang mau dikeluarin dimana nih ee’nya…” akumengahi perdebatan.
“sekalian saja nanti di Matahari…” Kakakku memang tak punya urusan apa-apa dengan Toilet. Sedangkan aku, sangat sudah kebelet.
Namanya kebelet, jangankan sepuluh menit. Sedetik aja serasa sewindu. Kira-kira sepuluh menit setelah pengakuan kontroversial tentang kebeletnya aku itu, sampailah kami dihalaman Matahari.
“parker diatas aja…” kali ini Bapakku yang mendapat giliran untuk menyiksaku.
“aku turun sini…” begitu cegatku ketika pak sopir hendak menaikkan Mobil ke lantai puncak.
Aku yang memang sudah hapal dengan letak-letak Toilet disana, langsung menuju Toilet yang biasanya paling sepi. Dan ternyata benar. Toiletnya cukup sepi. Aku langsung mendapat giliran.
Begitu masuk, celana jeans angsung kulepaskan dari kakiku. Kemudian sempakku kukeluarkan dari tempat yang seharusnya. Dan ada masalah besar disini. EE’ KU KELUAR SEBELUM SEMPAK KU KELUAR DENGAN SEMPURNA… so, belepotanlah semapakku itu oleh ee’. Dengan sempurna, aku membasahi celana dalamku sampai agak bersih. Dan aku secara resmi memakai celana dalam belepotan ee dan sangat basah di Matahari pada hari itu. Aku lalu keluar dari Toilet dengan keadaan yang biasa-biasa saja. Kubuat sewajar mungkin.
Andai mereka tahu yang bau ee’ itu aku. Mungkin mereka akan memanggil satpam untuk mengganti celana dalamku. Atau minimal aku akan dihajar massa…

gozhenk

Hari ini adalah hari yang gue tunggu. Karena hari ini, gue bakalan nginep di HOTEL dalam rangka seleksi masuk salah satu sekolah tinggi yang busyet banget seleksinya. Gue berangkat ke kota bareng sama temen-temen gue dengan mobil pribadi. Sekali lagi, mobil pribadi. Gue perjelas, mobil pribadinya temen gue. Gue berangkat bareng sama agal, anton, adit, abud, diki dan abi. Mobil agal yang biasanya berisi 5 orang, -itupun dengan icha dan Sheila, adeknya agal yang masih SD dan TK- itu, harus rela keberatan menopang kami dari jarak Batang-Semarang. Perjalanan yang tidak sampai 1,5 jam itupun kami lewati dengan penuh derita.
Perjalanan 1,5 jam dalam mobil mini berisi 7 manusia dalam masa puber tidak bisa dikategorikan sesuatu yang biasa. Hal itu sangat menantang dan menguras tenaga. Dan dengan penuh perjuangan, akhirnya agal sukses membawa kami ke sebuah hotel yang, masyaampun… kotor, jorok dan tak terawat. Itu merupakan satu-satunya hotel yang paling deket dengan tempt test kami besok. Tapi,dasar mereka pada sok kaya,mereka memilih untuk mencari HOTEL lain yang jauh lebih bonafit. Yang ada kamar mandi dalemnya lah, AC lah, deket pusat kota lah. Dasar merekanya aja sok gengsi (apa guenya yang dasar pelit y???). Niat seleksi masuk atau mau sekedar mejang-mejeng aja? Mau jadi peserta atau hanya peramai ujian saja ???) Sedang gue,milih hotel MELATI yang tanpa kamar mandi dalem, apalagi AC. Yah,cuman semalem ini. Meskipun hotelnya jorok dan terkesan angker, gue saam seakale nggak boleh takut.
Dan betpa kejamnya mereka. Tak seorangpun yng mau sekamar bahkan sehotel denganku. Mereka memilih untuk membayar patungan buat nyewa 2 kamar hotel yang hargnya lebih dari uang saku gue untuk sebulan. MAHAL BANGET !!!
“loe yakin zenk nggak sehotel sama kitaa???”
“ahh… payah… nggak kompak”
“nggak seru…”
“duit dari emak loe kan banyak zenk, mau ditabung lagi? Ya ampun… ayam loe itu udah kekenyangan. So, it’s the time to enjoy your live…”
“emang loe yakin bakalan nggak takut klo tiba-tiba bangun tengah malem dan nggak ada orang sekeliling loe? Loe dikampung juga masih tidur sma emak bapak loe kan…”
“apa perlu gue talangin duit iurannya dulu??? Tapi gantinya 3 kali lipat. Hahaha”
Mereka berenam sibuk membujuk rayu gue. Seolah-olah mereka sama sekali nggak rea kehilangan moment buat bisa tidur bareng gue. Kya….
Dan gue tetep keukeuh tak mau sehotel dengan mereka.
“bukan masalah mau misah dari kalian. Tapi loe semua tahu kan, gue lagi pengen ngganti Handphone jadul gue. Mangkanya, gue kudu pinter-pinter ngirit… udah deh, kita nginep disini aja. Murah kok, pake banget malah…” gue nggak mau kalah member alesan. Tapi jalan keluar sama sekali tak ada. Sehingga diputuskan. Mereka beda hotel sama gue…
Dan karna alasan tersebut, kamipun terpisah jarak yang cukup jauh. Gue di Hotel yang deket tempat test besok, jauh dari keramaian, tak berAC apalagi kamar mandi dalam. Sedang mereka jauh di pusat kota. Dengan fasilitas AC, kulkas, tv, dvd, kamar mandi dalem, bahkan katanya disana bisa juga pesen selimut yang bisa kentut. Yang satu itu dengan biaya tambahan yang bisa jadi lebih mahal tentunya. Akhirnya, karena kita hanya ada satu alat transportasi, yaitu mobil bokapnya agal, maka gue pun nggak bisa kemana-mana setelah mereka nganterin gue ke Hotel MELATI kebanggaan gue. Kira-kira pukul 9 malem, persis anak perawan yang kalo pulang lebih dari itu, maka alamat mereka bakal dikawinin paksa. Untungnya mereka agak baik, mengembalikan gue ke melati setelah kami jalan-jalan menikmati romansa malam di sepanjang kota Semarang.
Sesampainya dihotel, gue sama sekali nggak bisa tidur. Gara-gara gue merasa ada sesuatu yang sedang mengintai. Sama kaya artis-artis jaman sekarang yang ada di filim-film horror berbumbu seks. Serasa ada bayangan yang lewat sekelebat. Gue nengok, tapi nggak ada apa-apa. HOROR.
Secepat kilat, gue berubah pikiran. Gue menyesali dengan sangat keputusan gue. Ternyata uang tak bisa membayar kephobiaan gue terhadap gelap dan kesendirian. Untuk beberapa saat gue menghibur diri dengan mengerjakan latihan tryout yang udah pernah gue ikutin dengan hasil 100% GAGAL. Tapi, kebiasaan gue irumah yang menjadi ngantuk setelah menonton tulisan berderet-deret, nggak berlaku malam ini. Mata gue malah semakin mentereng ketika mendaati soal yang tak mampu gue selesaikan dengan mulus.
Gue bingung, bagaimana lagi untuk mengusir nyala mata gue yng masih 1000 watt ini. Ingin menelpon temen-temen dihotel lain, tapi gue hanya punya pulsa yang hanya bisa dipake SMS an dengan harga per SMS sangat murah yang sebenernya menambah gaya hidup boros dan suka ngomongin orang. Bayangkan saja, dahulu buat 1 sms saja kudu ngerogoh pulsa sampe 350. Jadilah kita sms hanya untuk hl-hal yang penting saja dan sms itupun akan dipergunakan semaksimal mungkin. Sampai batas maksimal jumlah karakter. Sedangkan jaman sekarang, apa apa serba SMS.
Gue grusa-grusu nggak karuan menahan jiwa penakut gue. Tengok kanan, lirik kiri, serasa ada sesuatu yang mengawasi. Gue bener-bener takut berada disebuah kamar asing sendirian. Apalagi di sebuah Hotel Melati yang dilihat dari tampilannya saja sama sekali nggak menarik.
Harus ada tak tik jitu untuk mengundang rasa kantuk gue. Nggak mungkin gue bikin kopi bekal gue. Selain gue takut nggak bisa tidur dan kemudian mati berdiri gara-gara ketakutan, tapi dikamar gue juga tidak disediain air panas. Dasar Hotel Melati…
Alhasil, yang dapat gue lakukan kali ini hanyalah berdiam diri diatas kasur, sambil sesekali menyembunyikan kepala kalau tiba-tiba gue denger suara-suara aneh atau melihat bayangan aneh. Herannya, kantuk gue sama sekali belum menampakkan batang hidungnya. Gue belum bisa tidur sampe hampir tengah malem. Satu hal yang gue inget dapat menjadi pengundang kantuk yang cukup mujarab adalah belajar. Membaca lebih tepatnya. Dan gue inget, gue membawa buku try out yang kata penjualnya tokcer. Soal-soal didalemnya pasti akan keluar. Dan bodohnya, hanya gue yang percaya dan membeli buku itu diantara temen-temen gue. Mereka memang bodoh, kalau ada yang pasti keluar begini, kenapa belajar yang lain???
Gue membolak-balik nggak jelas buku itu. Tapi sama sekali kantuk gue nggak menghampiri. Mantranya belum tepat mungkin. Tapi, setelah jampi-jampi bukunya hampir habis, gue pun terhipnotis. Gue tertidur.
Baru beberapa menit gue terlelap. Sampai tiba-tiba gue merasakan apa yang sedari gue takutin. Kamar gue nggak ada Toilet, artinya, sekarang gue mesti keluar kamar, melewati lorong dan masuk ke toilet yang… membayangkan saja gue begidik.
Nggak kebayang bagaimana keadaan Toilet di hotel ini. Tapi gue kebelet. Dan gue seakin nggak bisa tidur. Artinya, gue semakin lama ketakutan dan semakin mungkin gue mati berdiri dan besok gue nggak akan bisa ngerjain soal dengan sukses gara-gara gue kebelet…
Akhirnya, dipandu oleh suara diluar yang cukup ramai dengan derap langkah pengunjung yang lain, gue nekat keluar kamar.
“busyet…” gue terpesona melihat didepan pandangan gue. Seorang om-om mabok sedang dipapah dua cewek cantik nan montok. Kantuk gue semakin lari menjauh. Mata gue tak berkedip.
Gue agak ragu-ragu berjalan melelui lorong-lorong kemudian turun kelantai bawah, mencari toilet. Dengan ragu gue melewati setiap ruangan yang ternyata semakin malam justru semakin ramai. Gue melihat sebuah rambu, TOILET. Ladies and Gentlement.
Buset nih Hotel, sok-sokan pake bahasa asing. Emang ada turis yang mau tidur disini???
Kamar per kamarnya memang semakin ramai. Tapi ini tak berlaku untuk Toiletnya. Toiletya sepi dan lagi, gelap. Gue jadi ragu untuk memasukinya. Akhirnya, gue memutuskan untuk pura-pura membaca hiasan-hiasan didindingnya yang sebenarnya sudah tak layak untuk dibaca. Lumayanlah, daripada bengong. Sambil menunggu seseorang lewat dan gue ajak ke Toilet.
Sepuluh menit, awalnya gue masih bisa membaca dalam posisi biasa. Duapuluh menit, agak resah, tapi gerakannya masih wajar. Setengah jam, sesekali gue jongkok, lalu berdiri, mondar mandir, jonkok lagi, berdiri lagi. Empat puluh menit, pergerakan itu semakin cepet. Sejam, gue masih menunggu, tapi dalam posisi yang benar-benar udah nggak beraturan. Mirip sapi mau kawin sambil bertelor. Dan akhirnya, gue melambaikan tangan tanda menyerah.
Kali ini, gue mau nggak mau memasuki ruangan gelap yang sama sekali tak dikenal sebelumnya. Gue harus berani, atau gue akan ngelahirin sapi bule gara-gara nggak tahan nahan boker.
Dengan ragu, gue memutar engsel pintu Toilet.
“kreeeek…” suaranya itu, persis di film-film horror Indonesia. Gue begidik, nahan boker. Aura mistis langsung tercium oleh kelima panca indera gue. Gue ragu, ingin rasanya berlari keluar. Tapi sudah terlambat. Tangan gue reflek menutup pintu, lalu melepas celana dan jongkok diatas kloset jongkok. Nikmatnya…
“begini doang… apa yang mesti gue takutin???” gue seperti melawan jin pemilik Toilet mistis itu. Dan…
“Pet…”
“argh…. GUE TAKUT GELAP !!!” gue berteriak sekencang-kencangnya yang gue mampu.
Mampus, gue memang berhasil lari dari maut. Maut kebelet boker maupun maut takut kegelapan. Karena gue, sekarang udah ditempat yang terang dan cukup ramai. Dengan posisi TELANJANG dan memeluk abang-abang cleaning service. MAMPUS GUE !!! apa kata tante-tante yang menyaksikan gue. Bisa turun pamor gue sebagai pengunjung Hotel Melati terkece.

4/21/2009

UTS

esokk...
ketika pagi tibatiba menyapa ,
maka kan kugenggam pena,
secarik kertas. . .
UTS !!!
Bikin gue bUtekK...



(liat post an gue juga di penaripena.blogspot.com judulnya "Motorku resmi bernama SRI...")

4/14/2009

Ketika Toilet Menjadi Singgasananya

Sesuatu t’lah dari tadi mendesak pantatku dari dalam. Aku sampai berkeringat dingin menahan sesuatu itu. Entah sampai kapan aku mampu mempertahankan pertahananku sampai akhirnya celana dalamku terbercak noda kunig. Aku menelan ludah, menahan cemas.
Profesionalisme kerja memaksaku untuk melanjutkan laju kendaraanku dan merelakan seseatu semakin ganas menyodok-sodok bagian bawahku itu. Keringat dingin semakin deras mengguyurku ketika aku sudah seperti tak dapat menahanya. Ingn rasanya aku mengingkari profesionalismeku kali ini. Hanya kali ini. Tapi bagaimana dengan sekitarku??? Apa mereka rela mengorbankan 5 menitnya untuk hajatanku?... Masalahnya dihari senin yang menjelang siang ini, orang-orang sudah ingin sampai di kerajaan masing-masing. Begitupua aku, aku sudah tak dapat menahan hasratku untuk segera menuju singgasana termegahku. Ah, itulah salah satu dari ribuan duka menjadi sopir angkutan kota. Tak ada waktu istirahat, bahkan hanya sekedar berhajat.
Lama aku menanti sampai akhirnya hanya seorang pemuda berseragan putih abu-abu. Dia terlambat lagi. Tapi untunglah sekolahnya tak lebih dari 10 menit perjalanan lagi. Itu berarti hasratku segera tersalurkan. Aku tlah menyiapkan strategi untuk mendapati WC umum terdekat. Tidak, bukan terdekat tapi termungkin sepi.Aku tak mau menunggu lagi. Pilihan kujatuhkan di POM pabuaran. “Ada 3 toilet cowok disana, Nggak butuh waktu lama untuk menyalurkan hasratku” pikirku.
Gedung agak mewah itu membangkitkan energiku.
“Sebentar lagi kau boleh keluar,Su!!!” pekikku
Setelah pemuda itu Turun, aku segera melaju Sangat kencang tanpa ada orang lain selain aku di angkotku. Sesosok bayangan perempuan lengkap dengan keranjangnya, dapat kutangkap dari jauh. Dia melambai tangan tanda ingin ikut denganku.
“Peduli apa…”
Entah bagaimana nasibnya berikutnya. Dia mengumpatku. Ah, ini dosa besar buatku.
Jika aku mendahulukan profesionalismeku, banyak rupiah kuraup pagi ini. Karna ada banyak perempuan-perempuan lain yang juga menginginkanku.
”Sialan... ini gara-gara kau, Su!!!” entah, aku mengumpat siapa.
Puluhan orang kutolak sampai nenek-nenek itu ikut-ikutan trend , melambai padaku. DILEMA. Hajat atau kemanusiaan yang harus kudulukan?!!
Akhirnya, dengan kalkulasi yang teliti, rasa ibaku menang telak.
”Baturraden ya dek. Pasar” nenek itu dengan santai, enteng, tenang duduk di sebelahku.
Busyeeeet... Jauh melampaui Pabuaran sebagai incaran awalku menerima sumbangan sesuatuku. Aku harus menyusun ulang strategi. Keputusan di terminal Baturraden. Tapi pantatku menolak mentah-mentah. Pasti ramai dipagi hari yang menjelang siang ini. Dipasar? Aku harus mengeluarkan uang kebersihan. Kali ini, dompetku yang tak merestui. Ditempat wisata?. Artinya aku harus membayar tiket masuk ke loka wisata... Akhirnya dengan mantap kuputuskan untuk menjadikan rumah Amat -kenalanku- sebagai sasaran baru. Gratis, dan tak perlu antri.
Aku hanya mampu memandangi sambil tetap berkonsentrasi ke muka ketika melewati POM pabuaran sebagai target awalku.
”Oh no...Targetku meleset...”batinku menjerit
Aku tak mungkin tancap gas seperti saat aku sendiri. Meski sesuatu itu semakin kejam menyiksaku. Aku membawa orang tua yang (siapa tau) jantungan.
Hufh... Aku menahan nafas agar sesuatuku itu tak lahir prematur. Tapi aku tak tahan. Ingin rasanya menarik pasar baturraden mendekat dan melemparkan nenek ini. Tapi ternyata, itu tak perlu kulakukan. Karena sesaat kemudian, Tuhan, pasar baturraden dan nenek itu seakan paham penderitaanku.
”Sudah dek, disini saja” nenek tua itu terbata-bata.
Terimakasih Tuhan... Kau mendengar rintihanku. Dan ajaibnya, beliau menghentikanku tepat didepan rumah Amat. Aku berjalan mengikuti nenek tua itu. Lebih ajaibnya lagi, kita ternyata satu tujuan. Dan celakanya, benar-benar satu tujuan..TOILET yang hanya ada satu di rumah itu. Setrum seakan menyengatku. Aku harus benar-benar mengatur nafas dan menahan sesuatuku lagi...Cobaan apa lagi ini???
”Tunggu aja bang, sebentar. Itu ada cemilan, jangan sungkan-sungkan” Godaan itu... Aku tak mungkin menambah volume perutku. Dia bakalan semakin mendesak. Dan lahir prematur. Itu kabar buruk. Apa jadinya aku hari ini?. Akhirnya,dengan seribu pertimbangan, kuputuskan untuk pamit menuju sasaran awalku.
Aku menancap, tapi tetap tajam. Menuju POM pabuaran dengan tetap menahan nafas. Berjuang untuk tak membiarkan sesuatuku makin ganas menyodok. Ini perjuangan amat berat. Sampai akhirnya, sampailah aku di POM pabuaran. Lama aku mencari singgasanaku disana. Aku mendadak amnesia. Atau pikun? Entahlah...
Dan kabar mengejutkan datang dari bapak-bapak yang kutanyai dimana letak toilet. Karena ternyata, di POM pabuaran tak pernah ada toilet. Oh... Butuh injury time untuk mengeluarkan yang menyodokku sedari tadi.
Aku harus mencari tempat pelarian. Dan kampus Unsoed lah yang beruntung. Aku segera memarkirkan angkotku ditempat yang tak semestinya. Satu lagi dosaku, karna aku tlah membuat satpam itu mengumpat padaku. Dan Unsoed mengganjarku dengan terkuncinya toilet pertama. Oh my god... Toilet kedua bertuliskan ”WC rusak” dengan kertas seadanya. Oh no... Dan hanya toilet ini yang menjadi harapanku. Kuputar engsel. Ups... Seorang kecil sedang menempati singgasanaku ditemani seorang lelaki. Si anak jongkok, persis seperti apa yang ingin kulakukan saat ini.
Untungnya sang ayah tlah siap menceboki. ”Cepet, Pak!!!” kata-kataku tertahan. Nafas harus tetap kujaga agar dia benar-benar tak lahir prematur. Ingin kugedor dan kumaki keleletan mereka. Tapi itu dosa.
Akhirnya, secercah cahaya menimpaku. Dan manusia itu tersenyum sok manis padaku.
Segera kuserobot pintu, dan aku segera jongkok bersiap membuka celana. Oh... Pintu itu belum sempat tertutup rapat. Aku harus menundanya lagi. Butuh waktu untuk melakukan 3 langkah kepintu dan menguncinya. Dan kemudian jongkok lagi. Kuputuskan untuk kubiarkan. Karena kurasa sesuatuku itu sudah tak sabar ingin menghirup udara bebas.
Dan saat itu terlahir juga. Aku sudah telanjang bawah. ”Itu” sepertinaya sudah diujung anusku. Tapi... Gedoran pintu itu, sunguguh mengagetkan dan mempermalukan dia. Hingga dia masuk lagi keperutku. Oh... Aku harus menahan lebih lama lagi. Butuh sesuatu untuk menutupi bagian bawahku agar tak terlihat oleh sialan itu.
Celaka... Dia satpam pengumpat tadi.Umpatan selanjutnya, meledak didepan singgasanaku.
”Pindahkan angkotmu segera, atau kubakar ?”
Lagi-lagi aku harus menunda sesuatku itu untuk waktu yang cukup lama. Karena security sialan itu mengharuskanku memindah angkotku, atau aku harus rela membayar angkot majikanku hanya karena sesuatu sialan ini.
Aku segera memakai celanaku dan menuju depan pos satpam dengan tertatih dan agak jongkok. Karena aku tak mau tiba-tiba sesuatu itu keluar tanpa permisi.
Kupindahkan angkot ’Sumber Rejeki’ ku dengan tersiksa. Sungguh baru kali ini aku merasa tersiksa mengendarai angkotku. Karna biasanya aku sangat bersemangat. Tersiksa
Selesai memarkirkan di tempat semestinya, aku segera menuju singgasanaku untuk melanjutkan kenikmatan tertundaku.Untungnya, tidak ada orang lain menyerobot lahanku. Dan akhirnya, aku dapat menyinggahi singgasanaku lagi tanpa gangguan.
Lama aku menanti sesuatuku itu keluar tanpa paksa. Dari ragaku.
”Cepat keluar, Brengsek!!!” aku menggerutu untuk kesekian kalinya. Satu jam telah berlalu. Orang-orang diluar meributkanku.Sampai akhirnya, detkik-detik itu datang. Dia benar-benar telah diambang pintu anusku. Seperti seorang ayah menunggui kelahiran anak pertamanya yang lahir normal dari rahim istri tercintanya. Dalam detik-detik penantian itu, kuyakin wajahku merona, tapi gugup, tegang, semua rasa jadi satu.
”Preeeeeeeet”
Suara itu kuanggap sebagai pembukaan pertama. Disusul pembukaan-pembukaan berikutnya yang bernada sama.
“Bayiku, cepatlah keluar, Nak. Aku sudah tak tahan” Kali ini aku hampir menangis. Sampai ”pret” rendah dan pendek itu keluar. Dan seketika, hasratku sepert t’lah tuntas tersalurkan.
”Mana sesuatuku???” tanyaku pada diriku sendiri.
Ternyata, sesuatu yang sedari tadi menyodok-nyodokku, membuat aku menambah dosa dan menghilangkan rupiahku. Ternyata, hanya serentetan angin yang tlah lama bergumul diperutku....

4/08/2009

LOMBA CERPEN 2009

ada yang tau lomba cerpen buad periode 2009????
yang tema naa bebas tapi...
w puna bnyakkk cerpen nihhh
hahaha

ato klo mu ngrimin k majalah" gmana yaaa....

4/03/2009

amBisi...uS

Tanganku ingin bergerak…
Entah apa
Entah mengapa
Ingin menguntai kata yang sedari tadi bergumul di otakku
Entah apa namanya

Ambisi itu
Hadir setiap aku melihat deretan buku itu
Ahh
Aku ambisius
Aku penulis ulung yang ambisius
Ingin mengorbitkan dirinya sendiri
Bukunya

Yaa…
Aku berharap suatu saat itu akan datang
Saat ambisi yang sering merajaiku ini tersesat dalam dunia nyata