4/22/2009

gozhenk

Hari ini adalah hari yang gue tunggu. Karena hari ini, gue bakalan nginep di HOTEL dalam rangka seleksi masuk salah satu sekolah tinggi yang busyet banget seleksinya. Gue berangkat ke kota bareng sama temen-temen gue dengan mobil pribadi. Sekali lagi, mobil pribadi. Gue perjelas, mobil pribadinya temen gue. Gue berangkat bareng sama agal, anton, adit, abud, diki dan abi. Mobil agal yang biasanya berisi 5 orang, -itupun dengan icha dan Sheila, adeknya agal yang masih SD dan TK- itu, harus rela keberatan menopang kami dari jarak Batang-Semarang. Perjalanan yang tidak sampai 1,5 jam itupun kami lewati dengan penuh derita.
Perjalanan 1,5 jam dalam mobil mini berisi 7 manusia dalam masa puber tidak bisa dikategorikan sesuatu yang biasa. Hal itu sangat menantang dan menguras tenaga. Dan dengan penuh perjuangan, akhirnya agal sukses membawa kami ke sebuah hotel yang, masyaampun… kotor, jorok dan tak terawat. Itu merupakan satu-satunya hotel yang paling deket dengan tempt test kami besok. Tapi,dasar mereka pada sok kaya,mereka memilih untuk mencari HOTEL lain yang jauh lebih bonafit. Yang ada kamar mandi dalemnya lah, AC lah, deket pusat kota lah. Dasar merekanya aja sok gengsi (apa guenya yang dasar pelit y???). Niat seleksi masuk atau mau sekedar mejang-mejeng aja? Mau jadi peserta atau hanya peramai ujian saja ???) Sedang gue,milih hotel MELATI yang tanpa kamar mandi dalem, apalagi AC. Yah,cuman semalem ini. Meskipun hotelnya jorok dan terkesan angker, gue saam seakale nggak boleh takut.
Dan betpa kejamnya mereka. Tak seorangpun yng mau sekamar bahkan sehotel denganku. Mereka memilih untuk membayar patungan buat nyewa 2 kamar hotel yang hargnya lebih dari uang saku gue untuk sebulan. MAHAL BANGET !!!
“loe yakin zenk nggak sehotel sama kitaa???”
“ahh… payah… nggak kompak”
“nggak seru…”
“duit dari emak loe kan banyak zenk, mau ditabung lagi? Ya ampun… ayam loe itu udah kekenyangan. So, it’s the time to enjoy your live…”
“emang loe yakin bakalan nggak takut klo tiba-tiba bangun tengah malem dan nggak ada orang sekeliling loe? Loe dikampung juga masih tidur sma emak bapak loe kan…”
“apa perlu gue talangin duit iurannya dulu??? Tapi gantinya 3 kali lipat. Hahaha”
Mereka berenam sibuk membujuk rayu gue. Seolah-olah mereka sama sekali nggak rea kehilangan moment buat bisa tidur bareng gue. Kya….
Dan gue tetep keukeuh tak mau sehotel dengan mereka.
“bukan masalah mau misah dari kalian. Tapi loe semua tahu kan, gue lagi pengen ngganti Handphone jadul gue. Mangkanya, gue kudu pinter-pinter ngirit… udah deh, kita nginep disini aja. Murah kok, pake banget malah…” gue nggak mau kalah member alesan. Tapi jalan keluar sama sekali tak ada. Sehingga diputuskan. Mereka beda hotel sama gue…
Dan karna alasan tersebut, kamipun terpisah jarak yang cukup jauh. Gue di Hotel yang deket tempat test besok, jauh dari keramaian, tak berAC apalagi kamar mandi dalam. Sedang mereka jauh di pusat kota. Dengan fasilitas AC, kulkas, tv, dvd, kamar mandi dalem, bahkan katanya disana bisa juga pesen selimut yang bisa kentut. Yang satu itu dengan biaya tambahan yang bisa jadi lebih mahal tentunya. Akhirnya, karena kita hanya ada satu alat transportasi, yaitu mobil bokapnya agal, maka gue pun nggak bisa kemana-mana setelah mereka nganterin gue ke Hotel MELATI kebanggaan gue. Kira-kira pukul 9 malem, persis anak perawan yang kalo pulang lebih dari itu, maka alamat mereka bakal dikawinin paksa. Untungnya mereka agak baik, mengembalikan gue ke melati setelah kami jalan-jalan menikmati romansa malam di sepanjang kota Semarang.
Sesampainya dihotel, gue sama sekali nggak bisa tidur. Gara-gara gue merasa ada sesuatu yang sedang mengintai. Sama kaya artis-artis jaman sekarang yang ada di filim-film horror berbumbu seks. Serasa ada bayangan yang lewat sekelebat. Gue nengok, tapi nggak ada apa-apa. HOROR.
Secepat kilat, gue berubah pikiran. Gue menyesali dengan sangat keputusan gue. Ternyata uang tak bisa membayar kephobiaan gue terhadap gelap dan kesendirian. Untuk beberapa saat gue menghibur diri dengan mengerjakan latihan tryout yang udah pernah gue ikutin dengan hasil 100% GAGAL. Tapi, kebiasaan gue irumah yang menjadi ngantuk setelah menonton tulisan berderet-deret, nggak berlaku malam ini. Mata gue malah semakin mentereng ketika mendaati soal yang tak mampu gue selesaikan dengan mulus.
Gue bingung, bagaimana lagi untuk mengusir nyala mata gue yng masih 1000 watt ini. Ingin menelpon temen-temen dihotel lain, tapi gue hanya punya pulsa yang hanya bisa dipake SMS an dengan harga per SMS sangat murah yang sebenernya menambah gaya hidup boros dan suka ngomongin orang. Bayangkan saja, dahulu buat 1 sms saja kudu ngerogoh pulsa sampe 350. Jadilah kita sms hanya untuk hl-hal yang penting saja dan sms itupun akan dipergunakan semaksimal mungkin. Sampai batas maksimal jumlah karakter. Sedangkan jaman sekarang, apa apa serba SMS.
Gue grusa-grusu nggak karuan menahan jiwa penakut gue. Tengok kanan, lirik kiri, serasa ada sesuatu yang mengawasi. Gue bener-bener takut berada disebuah kamar asing sendirian. Apalagi di sebuah Hotel Melati yang dilihat dari tampilannya saja sama sekali nggak menarik.
Harus ada tak tik jitu untuk mengundang rasa kantuk gue. Nggak mungkin gue bikin kopi bekal gue. Selain gue takut nggak bisa tidur dan kemudian mati berdiri gara-gara ketakutan, tapi dikamar gue juga tidak disediain air panas. Dasar Hotel Melati…
Alhasil, yang dapat gue lakukan kali ini hanyalah berdiam diri diatas kasur, sambil sesekali menyembunyikan kepala kalau tiba-tiba gue denger suara-suara aneh atau melihat bayangan aneh. Herannya, kantuk gue sama sekali belum menampakkan batang hidungnya. Gue belum bisa tidur sampe hampir tengah malem. Satu hal yang gue inget dapat menjadi pengundang kantuk yang cukup mujarab adalah belajar. Membaca lebih tepatnya. Dan gue inget, gue membawa buku try out yang kata penjualnya tokcer. Soal-soal didalemnya pasti akan keluar. Dan bodohnya, hanya gue yang percaya dan membeli buku itu diantara temen-temen gue. Mereka memang bodoh, kalau ada yang pasti keluar begini, kenapa belajar yang lain???
Gue membolak-balik nggak jelas buku itu. Tapi sama sekali kantuk gue nggak menghampiri. Mantranya belum tepat mungkin. Tapi, setelah jampi-jampi bukunya hampir habis, gue pun terhipnotis. Gue tertidur.
Baru beberapa menit gue terlelap. Sampai tiba-tiba gue merasakan apa yang sedari gue takutin. Kamar gue nggak ada Toilet, artinya, sekarang gue mesti keluar kamar, melewati lorong dan masuk ke toilet yang… membayangkan saja gue begidik.
Nggak kebayang bagaimana keadaan Toilet di hotel ini. Tapi gue kebelet. Dan gue seakin nggak bisa tidur. Artinya, gue semakin lama ketakutan dan semakin mungkin gue mati berdiri dan besok gue nggak akan bisa ngerjain soal dengan sukses gara-gara gue kebelet…
Akhirnya, dipandu oleh suara diluar yang cukup ramai dengan derap langkah pengunjung yang lain, gue nekat keluar kamar.
“busyet…” gue terpesona melihat didepan pandangan gue. Seorang om-om mabok sedang dipapah dua cewek cantik nan montok. Kantuk gue semakin lari menjauh. Mata gue tak berkedip.
Gue agak ragu-ragu berjalan melelui lorong-lorong kemudian turun kelantai bawah, mencari toilet. Dengan ragu gue melewati setiap ruangan yang ternyata semakin malam justru semakin ramai. Gue melihat sebuah rambu, TOILET. Ladies and Gentlement.
Buset nih Hotel, sok-sokan pake bahasa asing. Emang ada turis yang mau tidur disini???
Kamar per kamarnya memang semakin ramai. Tapi ini tak berlaku untuk Toiletnya. Toiletya sepi dan lagi, gelap. Gue jadi ragu untuk memasukinya. Akhirnya, gue memutuskan untuk pura-pura membaca hiasan-hiasan didindingnya yang sebenarnya sudah tak layak untuk dibaca. Lumayanlah, daripada bengong. Sambil menunggu seseorang lewat dan gue ajak ke Toilet.
Sepuluh menit, awalnya gue masih bisa membaca dalam posisi biasa. Duapuluh menit, agak resah, tapi gerakannya masih wajar. Setengah jam, sesekali gue jongkok, lalu berdiri, mondar mandir, jonkok lagi, berdiri lagi. Empat puluh menit, pergerakan itu semakin cepet. Sejam, gue masih menunggu, tapi dalam posisi yang benar-benar udah nggak beraturan. Mirip sapi mau kawin sambil bertelor. Dan akhirnya, gue melambaikan tangan tanda menyerah.
Kali ini, gue mau nggak mau memasuki ruangan gelap yang sama sekali tak dikenal sebelumnya. Gue harus berani, atau gue akan ngelahirin sapi bule gara-gara nggak tahan nahan boker.
Dengan ragu, gue memutar engsel pintu Toilet.
“kreeeek…” suaranya itu, persis di film-film horror Indonesia. Gue begidik, nahan boker. Aura mistis langsung tercium oleh kelima panca indera gue. Gue ragu, ingin rasanya berlari keluar. Tapi sudah terlambat. Tangan gue reflek menutup pintu, lalu melepas celana dan jongkok diatas kloset jongkok. Nikmatnya…
“begini doang… apa yang mesti gue takutin???” gue seperti melawan jin pemilik Toilet mistis itu. Dan…
“Pet…”
“argh…. GUE TAKUT GELAP !!!” gue berteriak sekencang-kencangnya yang gue mampu.
Mampus, gue memang berhasil lari dari maut. Maut kebelet boker maupun maut takut kegelapan. Karena gue, sekarang udah ditempat yang terang dan cukup ramai. Dengan posisi TELANJANG dan memeluk abang-abang cleaning service. MAMPUS GUE !!! apa kata tante-tante yang menyaksikan gue. Bisa turun pamor gue sebagai pengunjung Hotel Melati terkece.

Tidak ada komentar: